SEMUA PUSKESMAS DISIAGAKAN
PATI ( Suara Muria, Jum'at 12 Desember 2014 ) - Untuk mendukung penanganan bencana alam di Pati, Dinas Kesehatan ( DinKes ) setempat menyiagakan semua puskesmas yang berjumlah 29 unit. Dokter dan paramedis yang ada di semua puskesmas itu siap dikerahkan jika kondisi bencana membutuhkan tenaga kesehatan dalam jumlah besar.
"Secara fisik maupun lainnya hingga obat-obatan , kami siap. Karena penanganan korban bencana juga menjadi bagian dari tugas kami , " ujar Kepala Dinkes Kabupaten Pati, dokter Edi Sulistyono, kemarin.
Keterlibatan Dinkes dalam penanganan bencana alam selama ini didukung armada ambulan untuk evakuasi korban. Termasuk sejumlah perahu karet yang bisa menjangkau ke lokasi banjir juga siap dioperasikan.
Edi mengatakan, banjir yang hampir setiap tahun terjadi di Pati menjadikan pelayanan kesehatan bagi para korban selalu ditingkatkan. Bencana sebelumnya menjadi pelajaran penting bagi penanganan pada kejadian serupa berikutnya.
Banjir pada awal 2014 yang tergolong paling besar sepanjang sejrah di Pati membuat pihaknya tidak bisa memerikan pelayanan kesehatan secara sendirian. Dinkes Pati berjasama dengan Dinkes Propinsi Jawa Tengah serta sejumlah organisasi profesi kesehatan dari berbagai daerah.
Koordinasi
"Kalau banjirnya besar dan membutuhkan lebih banyak tenaga dan obat-obatan maka kami tidak bisa berjalan sendiri. Koordinasi dengan berbagai pihak selalu kami tempuh demi memberi pelayanan maksimal bagi korban bencana, " ujar dia.
Sementara stok obat-obatan yang ada saat ini dirasa masih cukup untuk turut meng-cover penanganan bencana. Stok obat trsebut buka hanya dari Kabupaten tetapi juga Porpinsi.
Seperti biasanya, tenaga kesehatan tidak hanya memberikan pelayanan bagi korban bencana di Pos Kesehatan yang berada di luar lokasi bencana. Mereka juga mobile dan menyisir ke daerah yang sulit diakses.
Menurutnya, penaganan kesehatan saat bencana memang membutuhkan pola khusus. Dibuthkan tenaga ekstra untukmengantisipasi gangguan kesehatan yang lebih buruk bagi mereka yang menjadi korban.
Mengingat, kondisi lingkungan di lokasi bencana sangat buruk sehingga berpotensi meninmbulkan gangguan berbagai penyakit. Terutama bagi mereka yang tetap bertahan hidup di lokasi banjir karena enggan mengungsi