Puasa Memurnikan Racun Tubuh

Puasa dapat memurnikan racun di dalam tubuh, bukan mengada-ada dan benar-benar dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Dalam kenyataannya. Puasa erat kaitannya dengan kesehatan.

Namun demikian, sebagai ibadah berpuasa wajib hukumnya. Namun aspek kesehatan pun disebut-sebut dalam Alquran. Misalnya, firman Allah Swt dalam surat Al Baqarah (2) 148: "Maka orang yang sakit di antara kamu atau dalam perjalanan, maka hendaklah ia mengerjakan puasanya yang ia tinggalkan dalam sakit atau dalam safar di hari-hari yang lain".

Pada ayat tersebut tidak dijelaskan sakit apa atau derajat sakit bagaimana yang boleh menjadi alasan untuk meninggalkan puasa wajib. Juga tidak dijelaskan, siapa sebenarnya yang "berhak" menetapkan seseorang dikategorikan dalam keadaan sakit, yang membolehkan atau bahkan mengharuskan membatalkan puasa.

Memurnikan Racun

Puasa secara kimia, tidak diakhiri ketika simpanan karbohidrat di tubuh mulai digunakan sebagai sumber energi. Ia akan terus berlanjut selama simpanan lemak dan karbohidrat digunakan untuk energi. Berbeda dengan pemakaian simpanan protein.

Ketika simpanan protein dihabiskan untuk energi, yang mengakibatkan hilangnya massa otot, secara teknis orang bersangkutan akan merasa kelaparan. Dari aspek gizi, puasa paling tidak akan mengurangi asupan zat gizi, terutama kalori, sekitar 20% sampai 30%. Namun dari aspek kesehatan, puasa ternyata memberi manfaat terhadap tubuh orang yang menahan lapar dan haus tersebut.

Salah satu yang penting, dapat mengurangi racun di dalam tubuh. Detoksifikasi adalah salah satu argumen paling banyak dibicarakan dalam kaitan manfaat berpuasa bagi kesehatan. Detoksifikasi proses normal tubuh mengeliminasi atau memurnikan racun melalui usus besar, ginjal, paruparu, kelenjar limpa, dan kulit. Proses ini dipercepat dengan berpuasa, karena ketika makanan tidak lagi memasuki tubuh, maka tubuh akan mengubah simpanan lemak menjadi energi.

Nilai lemak pada manusia adalah 3.500 kalori per pon. Suatu nilai yang cukup untuk memberikan energi bagi aktivitas sehari-hari. Simpanan lemak terjadi karena glukosa dan karbohidrat tidak digunakan sebagai sumber energi, untuk pertumbuhan, dan tidak diekresikan.

Saat simpanan lemak digunakan untuk energi selama berpuasa, proses ini melepaskan zat kimia berasal dari asam lemak ke dalam sistem yang kemudian dieleminasi melalui organorgan pembuangan. Zat kimia tidak terdapat dalam makanan, tetapi diserap dari lingkungan misalnya pestisida, juga disimpan dalam deposit lemak, yang akan dilepaskan saat berpuasa.

Pengujian feses, urin, dan keringat pada orang yang berpuasa telah menemukan pestisida di setiap spesimen tersebut. Manfaat yang lain adalah proses penyembuhan, yang dimulai dalam tubuh selama berpuasa. Energi dialihkan dari sistem pencernaan, karena tidak dibutuhkan untuk aktivitas pencernaan.

Energi akan digunakan untuk metabolisme dan sistem kekebalan tubuh. Proses penyembuhan selama berpuasa dipercepat dengan pencarian sumber energi baru dalam tubuh. Makanan yang kita makan, selain menyehatkan, ternyata juga mengandung racun. Apabila racun ini terus menumpuk, dapat menimbulkan penyakit serta berbagai keluhan.

Misalnya, sakit kepala, sakit perut, sariawan, dan masih banyak lagi. Berpuasa merupakan salah satu upaya untuk mengeluarkan racun dari dalam tubuh. Makanan yang kita makan akan masuk ke dalam usus. Usus akan menyerap semua zat yang ada dalam makanan yang kita makan. Racun yang ada di dalamnya akan terbawa ke dalam aliran darah. Aliran darah tersebut akan menjadi makanan bagi sel-sel dalam tubuh kita.

Oleh karena itu, kita bisa menjadi sakit. Dengan berpuasa, usus akan menjadi bersih dengan sendirinya. Organ-organ lainnya, seperti hati yang bertugas untuk menetralkan racun dalam tubuh kita, dapat beristirahat. Setelah beristirahat, organ-organ dalam tubuh kita dapat kembali bekerja dengan maksimal.

Aspek Kejiwaan

Manusia dilatih untuk mengendalikan diri, menahan nafsu sewaktu berpuasa. Latihan kedisiplinan rohani dan jasmani ini dimaksudkan untuk mencapai keseimbangan hidup.

Di kala lapar dan dahaga sepanjang hari, tiada orang yang mengawasi kejujuran dan kedisiplinan kita. Tiada seorang pun yang mengetahui pelanggaran yang akan diperbuat, tetapi tetap bertahan sampai buka puasa tiba. Salah satu aspek kejiwaan yang lain adalah rasa bersyukur.

Ketidakpuasan terhadap sesuatu yang telah diperoleh sebenarnya karena tiadanya rasa syukur, sehingga timbul ketidakpuasan dan ketidaktenteraman jiwa, hidup diliputi stres emosional. Dalam hal ini berbagai penyakit mudah muncul, yang terkait dengan psikosomatis atau keluhan dan gangguan fungsi tubuh akibat faktor psikologis.

 

Sumber Berita : Suara Merdeka

Komentar (0)
Tuliskan Komentar Anda