Diharapkan Ada Halte di Jalan Lingkar
(Suara Muria) PATI - Kebijakan peralihan bus antar kota antar provinsi untuk melewati lingkar dinilai perlu dibarengi adanya kesiapan sarana prasarana. Terutama unuk kebutuhan halte atau tempat menunggu bus yang nyaman.
Salah satu harapan itupun turut diungkapkan oleh ketua Organda Kabupaten Pati, Suyanto. Dia mengatakan, saat ini pihaknya bahkan sudah mengajukan usulan untuk pengadaan representatif tersebut.
"Meskipun perubahan jalur lingkar itu masih baru namun tentu akan lebih baik jika ada halte disana, sehingga nantinya penumpang juga akan lebih nyaman saat menunggu bus," terang Suyanto kemarin.
Dengan pemberian fasilitas yang baik, tentu dinilai dapat mendukungkebijakan yang baru saja diterapkanawal tahun 2015 ini. Tidak hanya itu, aktivitas naik turun penumpang tentu akan lebih teratur.
"Saat ini kami memang telah mengusulkannya kepada Dishubkominfo terkait halte permanen tersebut. Hanya saja, kami hanya bisa menggu dari kebijakan dinas tersebut," tambahnya.
Sementara itu, Kepala Dishubkominfo Pati, Tri Haryama saat dikonfirmasi mengatakan, saat ini pihaknya masih melakukan evaluasi terkait kebutuhan halte tersebut. Hanya saja terkait waktu pasti realisasi pembangunan halte tersebut pihaknya belum bisa memastikan.
Perubahan Infrastruktur
"Perubahan alur lalu lintas memang tidak bisa serta disertai dengan perubahan infrastruktur. Pasalnya, harus ada sejumlah kepastian termasuk anggaran," terangnya.
Hanya saja, saat ini evaluasi itu dikatakan telah dilakukan. Termasuk daerah atau titik yang dinilai mendesak untuk dibangun halte baru secara permanen tersebut. Dari informasi saat ini, pihaknya mendapatkan masukan ada setidaknya tiga titik yang dinilai perlu dibangun halte baru.
"Tiga titik itu seperti daerah Sukokulon atau jalur masuk JLS dari barat, Desa Widorokandang atau jalur masuk JLS dari timur, dan Ngantru atau jalur masuk JLS ke terminal Pati," imbuhnya.
Sedangkan dari pantauan dilapangan, diketahui saat ini telah ada halte sederhana. Hanya saja halte tersebut didirikan secara swadaya dan dari bahan seadanya. Yakni dari bambu sehingga dinilai kurang nyaman untuk deigunakan.