Mencegah Korupsi Sejak Dini, Membekali Semua Lini

Banyak orangtua yang tidak pernah mendongengkan cerita untuk anaknya. Inilah fakta yang ditemukan dosen Sosiologi FISIP Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta, Amelia Maika di 9 kabupaten di Indonesia pada 2010. Amelia mengakui, kebiasaan mendongeng dan membacakan buku pada anak di Indonesia masih lemah. Padahal, kebiasaan ini efektif mampu meningkatkan kemampuan kognisi dan bahasa pada anak.

Penelitian Amelia dilakukan pada orangtua dengan anak berusia kurang dari empat tahun. Hasilnya cukup memprihatinkan, sekitar 60 persen orangtua tidak pernah membacakan buku dan sekitar 50 persen tidak pernah mendongeng.

"Untuk orangtua dengan anak berusia kurang dari satu tahun, angkanya juga tinggi. Sekitar 70 persen tidak pernah mendongeng dan sekitar 80 persen tak pernah membacakan buku," katanya.

Tak jauh berbeda, KPK juga meneliti hal serupa dikaitkan dengan pencegahan antikorupsi berbasis keluarga. “Sudah sangat sedikit orang tua yang mau mendongeng untuk anaknya,” kata Masagung Dewanto Fungsional Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat (Dikyanmas) KPK.

Padahal, sebagaimana kerap dipublikasikan sejumlah penelitian bahwa kegiatan mendongeng dapat menjadi salah satu cara yang efektif dalam menanamkan nilai-nilai karakter di keluarga. Karena itu, KPK memfokuskan kampanye dongeng agar tumbuh nilai-nilai kejujuran sejak dini.

Tentu, KPK tak bisa jalan sendiri. Seperti dalam kesempatan ini, KPK bekerja sama dengan kelompok mendongeng Nusantara Bertutur dan kelompok edukasi Planet Sains untuk menggelar kegiatan bersama dalam rangkaian kegiatan “Bonankai Festival” di Hotel Salak Bogor, 4-5 Januari 2014 lalu.

Menurut Masagung, kegiatan ini bertujuan mengedukasi para orangtua tentang pentingnya membiasakan dongeng kembali dalam rangka menanamkan nilai-nilai dan karakter antikorupsi dalam suasana yang menyenangkan.

Kegiatan ini membekali para orangtua dengan keterampilan dasar mendongeng. Diharapkan, mereka  mampu menyusun perencanaan mendongeng dan mendongeng secara kontinyu di rumah. Di sini, para orangtua juga diwajibkan praktik mendongeng di hadapan peserta lain. Salah satu materi yang diberikan, serial dongeng Tunas Integritas yang sarat nilai-nilai kejujuran, kepedulian, kemandirian, kedisiplinan, tanggung jawab, kerja keras, sederhana, berani, dan adil.

Tiap peserta terlihat antusias mengikuti pelatihan itu. Salah satunya, Umaira. Dari kegiatan ini, ia berharap bisa membentuk integritas buah hatinya sjeak dini. “Saya memimpikan dan mengharapkan agar anak-anak menjadi orang yang sukses, jujur, dan mencintai budaya indonesia seperti mendongeng,” katanya. 

Anak dan Remaja

Kegiatan pencegahan korupsi, sejatinya memang harus menyentuh semua lini dan lapisan masyarakat. Setelah para orangtua mendapatkan pelatihan, ada satu kelompok masyarakat yang juga tidak boleh diabaikan, yakni kelompok anak dan remaja.

Khusus anak, KPK membuat sebuah film animasi berjudul Sahabat Pemberani. Film ini menceritakan kisah petualangan tiga sahabat, yaitu Kirana, Panji dan Krisna.  Selain menghibur, film ini sarat dengan pesan serta nilai-nilai kebaikan seperti jujur, peduli, mandiri, disiplin, tanggung jawab, kerja keras, sederhana, berani dan adil. Nilai-nilai tersebut tercermin dari kepribadian tiga sahabat yang berani dalam setiap petualangan.

Menurut Masagung, langkah ini dipilih sebab anak memang memiliki kesukaan dengan dunia film. Dan film, merupakan medium yang baik untuk menanamkan nilai-nilai pada penontonnya. Tentu saja, film yang disajikan untuk anak, mestilah menanamkan nilai-nilai positif agar anak bisa tumbuh dan berkembang dengan baik. Dari kegiatan menonton film bersama anak, diharapkan juga bisa menjadi langkah awal dalam membangun kebersamaan dan rasa kasih sayang.

Sedangkan segmen remaja, KPK menyelenggarakan nobar alias nonton bareng dan diskusi film Kita VS Korupsi (KVSK). Dalam kegiatabn ini, diputar film omnibus yang terdiri atas empat film pendek, yakni Rumah Perkara, Aku Padamu, Selamat Siang, Risa!, dan Pssst…Jangan Bilang Siapa-Siapa.

Para peserta yang terdiri dari usia siswa SMP sampai mahasiswa, tak hanya merasa terhibur, namun juga mendapatkan edukasi nilai-nilai antikorupsi. Hal ini terungkap dari resensi film dan pengisian kartu integritas yang mereka sampaikan setelah penayangan film.

Diakui Masagung, program pencegahan korupsi harus dilakukan di semua lini. Perilaku koruptif, kini tak hanya dilakukan orang dewasa. Deny, salah seorang siswa SMA asal Bogor yang ikut nobar, turut mengamini. “Korupsi saat ini telah merambah kemana-mana, bahkan untuk kalangan pelajar pun sudah mulai berperilaku koruptif seperti menilap uang buku, membohongi orang tua, mencontek dan lainnya,” ucapnya.

sumber berita: kpk.go.id

sumber ilustrasi gambar: novykayra.blogspot.com

Komentar (0)
Tuliskan Komentar Anda