Pemkab Pati Getol lakukan deteksi dini Ibu Hamil

pasfmpti.com (Pati, Jakenan) - Dalam setiap kegiatan yang melibatkan Pemkab Pati dan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa tengah, Bupati Pati mengaku senantiasa diingatkan akan tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) di Kabupaten Pati yang tahun lalu menduduki peringkat keenam tertinggi se-Jateng. “Saya risih kalau diam saja tanpa berbuat sesuatu, lha kita sudah ada inisiatif pencegahan seperti ini saja, hingga Oktober ini yang meninggal sudah 17 ibu padahal tahun lalu dengan 29 ibu meninggal kita masih di peringkat 6. Tahun 2014 masih dua bulan, mudah-mudahan tak ada lagi ibu yang meninggal”, harap Bupati Pati di acara Pemeriksaan dan Deteksi Dini Resiko Tinggi Ibu Hamil se-eks Kawedanan Jakenan di Puskesmas Jakenan, Selasa (14/10).

Menurut Bupati, acara semacam ini baru digagas pertama kali oleh Pemkab Pati pada tahun 2014 ini, dan menurutnya belum banyak kabupaten lain yang menyelenggarakan acara semacam itu. “Ini murni ide yang berawal dari keprihatinan kami. Tapi kami bersyukur, pemeriksaan yang menghadirkan dokter spesialis kandungan dan fasilitas USG ini bisa dinikmati secara merata oleh warga Pati, meski pelaksanaannya dikumpulkan per eks-kawedanan”, jelas Bupati panjang lebar.

Sementara itu,  Edi Sulistiyono, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pati mengatakan bahwa AKI memang menjadi indikator yang digunakan untuk mengetahui besaran masalah kesehatan ibu. “AKI adalah banyaknya kematian perempuan pada saat hamil atau selama 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lama dan tempat persalinan, yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, dan bukan karena sebab-sebab lain, per 100.000 kelahiran hidup”, terangnya.

Penyebab kematian ibu yang terbanyak, menurut Kabid Pelayanan Kesehatan dr Aviani, disebabkan oleh komplikasi obstetri, yaitu perdarahan, infeksi dan eklampsia. Komplikasi obstetri ini tidak selalu dapat diramalkan sebelumnya dan mungkin saja terjadi pada ibu hamil yang telah diidentifikasi normal, dimana kasus tersebut sebenarnya dapat dicegah melalui deteksi dini ibu hamil. Kegiatan ini juga menjaring para ibu yang masih terlalu muda untuk hamil, kehamilan dengan usia terlalu tua, dan juga para ibu hamil lainnya yang punya resiko tinggi dalam kehamilannya.

 Lebih lanjut Aviani menjelaskan bahwa deteksi dini resiko tinggi ibu hamil adalah kegiatan penjaringan terhadap ibu-ibu hamil yang terdeteksi mengalami kehamilan resiko tinggi pada suatu wilayah tertentu atau kegiatan yang dilakukan untuk menemukan ibu hamil yang mempunyai faktor risiko dan komplikasi kebidanan. “Oleh karenanya deteksi dini oleh tenaga kesehatan dan masyarakat tentang adanya faktor resiko dan komplikasi, serta penanganan yang tepat sedini mungkin, merupakan kunci keberhasilan dalam penurunan angka kematian ibu dan bayi yang dilahirkannya”, terang dokter berkacamata ini.

Lebih lanjut ia menjelaskan, World Health Organisation (WHO) pernah merilis kematian ibu di kawasan Asia Tenggara yang menyumbang hampir 1/3 jumlah kematian ibu yang terjadi secara global. Sebanyak 98 persen dari seluruh kematian ibu di kawasan ini, menurut sumber tersebut, terjadi di India, Bangladesh, Indonesia, Nepal, dan Myanmar. Ironisnya, hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) AKI Indonesia bahkan pernah mencapai angka tertinggi di Asia.

Sementara itu, dari seluruh provinsi di Indonesia, Jawa Tengah menduduki posisi kedua untuk jumlah kematian ibu di bawah Jawa Barat yang berada di urutan pertama, menyusul kemudian NTT, Banten dan Jawa Timur.(•)

Komentar (0)
Tuliskan Komentar Anda