Cacing dapat Menjalar ke Paru dan Otak

(Suara Merdeka) Ada kasus menarik. Seorang mahasiswa 22 tahun mengeluh sakit kepala terus menerus, kejang-kejang berulang. Seteah berobat kesana kemari akihrnya dilakukan pemeriksaan CT Scan di kepala, hasilnya dapat bulatan seperti tumor atau abses di otak. Oleh dokter spesialis bedah syaraf dilakukan operasi untuk menentuka apa penyebab gambar bulatan yang mirip tumor atau abses diotak dengan melakukan biopsi jaringan otak. Hasilnya didapatkan cacing jenis Strongyloides Stercoralis. Kasus lain, seorang mahasiswi 25 tahun mengeuh batuk becampur darah. Semula dicuriai ke arah TBC Paru. tapi hasil pemeriksaan fisik tidak mendukung ke arah TBC Paru (tidak ditemukan: keringat malam hari, berat badan turun, batuk lama). Setelah dilakukan pemeriksaan yang seksama ditemukan cacing jenis Strongyloides stercoralis. Cacing strongyloides steroralis ini terutama ditemukan didaerah tropik yang kelembabannya tinggi seperti indonesia dan subtropik. Sedangkan di daerah yang beriklim dingin jarang ditemukan. Cacing dewasa betina dapat hidup sebagai parasit dilapisan dalam usus halus kita. Cacing betina ini berbentuk filiform yang halus, tidak berwarna. Cara berkembang biaknya diduga secara partenogenesis, yaitu telur berbentuk parasitik diletakkan mukosa usus, kemudian telur tersebut enetas kemudia  menjadi larva yang dapat masuk kerongga usus besar dan dikeluarkan bersama tinja. Siklus hidup langsung Pada siklus hidup ini, setelah larva dikelluarkan bersama tinja dan sampai di tanah, maka dalam 2 sampai 3 hari kemudian arva menjadi infektif (menginveksi) yang jika masuk ke tubuh melalui kulit aan ikut aliran darah vena melalui peredaran darah jantung kanan menuju paru-paru larva yang mulai dewasa mnembus alveolus (mangkok tempat pertukaran udar pernafasan dengan aliran darah) menuju ke trakea dan laring (saluran napas atas dan bawah). Sesudah sampai di laring menimbulkan refleks batuk, sehingga parasit tertelan masuk kelambung dan berlanjut ke usus haus bagian atas dan berkembang menjadi dewasa disana.Sebagian kecil larva cacing tetap bertahan di alveolus ar dan menjadi dewasa disitu, me)imbulka infeksi paru (Pneumoni) dan muncul batu bercampur daerah. Ada yang sampai batuk mengeluarkan cacin dewasa. Diagnosis Diagnosis klinis infeksi cacing ini sering tidak pasti, karena seringkali tidak menimbulkan gejala klinis yang nyata. diagnosis pasti apabia ditemukan larva dalam tinja segar, dalam biakan atau dalam aspirasi duodenum (usus halus). Biakan tinja memerlukan waktu 2x24 jam untuk menghasilkan larva dan cacing dewasa. Pengobatan Dahulu pengobatan infeksi cacing ini menggunakan Tiabendazol 25 mg per kg berat badan. Diberikan satu atau dua kali sehari selama 2-3 hari. Sekarang lebih banyak digunakan Albendazol 400 mg satu atau dua kali sehari selama 3 hari. Pilihan lain menggunakan Mebendazol 100mg tiga kali sehari selama dua tau empat minggu. Mengobati pasien yang tanpa gejala tapi mengandung parasit cacing ini sangat bermanfaat karena dapat terjadi autoinfo infeksi. yang perlu diperhatikan adalah membersihkan secara rutin kulit di sekitar anus (perianal) dan menjaga kebersihan lingkungan sekitar (daerah pembangan tinja). Melindungi kulit dari tanah yang terkontaminasi telur dan larva cacing misal dengan selalu memakai alas kaki. jangan cuci tangan sebelum dan sesudah makan minum.

Komentar (0)
Tuliskan Komentar Anda