Seorang pemenang takkan pernah berhenti untuk berusaha dan orang yang berhenti untuk berusaha takkan menjadi seorang pemenang

Berharap diterimanya ibadah

untuk fastabiqul khoirot. Banyak aktivitas yang dilakukan untuk memperoleh rohmah, barokah dan maghfiroh dari Alloh swt. Permasalahannya, apakah semua ibadah yang dilakukan dapat diterima oleh Alloh swt ?
Ada persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi agar aktivitas ibadah kita diterima Alloh swt, yaitu :
1.    Harus dilandasi iman.
Sebagaimana firman Alloh, “jika kamu kufur, sesungguhnya Alloh lebih kaya dari kalian, dan Alloh tidak ridho (tidak menerima) ibadah hambanya yang kufur”  dan “….jika kalian syirik, tentu akan hapus segala amal kalian dan kalian akan menjadi orang-orang yang merugi”. (QS. Az-Zummar, 7 dan 65). Berdasarkan kedua ayat tersebut, jelas Alloh hanya akan menerima ibadah hambanya yang beriman. Iman yaitu membenarkan apa-apa yang dikabarkan oleh Rosululloh saw, dengan sepenuhnya tanpa perlu bukti yang nampak, serta percaya dan yaqin terhadapnya (Muntakhab Ahadist)
2.    Dilakukan dengan niat yang tulus karena mengharap ridho Alloh semata.
“Sesungguhnya segala amal itu tergantung pada niatnya…”. Rosululloh saw menekankan pentingnya niat dalam setiap hendak melaksanakan aktivitas ibadah. Ibadah yang didasari niat selain Alloh tidak akan menempatkan pelakunya pada posisi yang mulia di sisi-Nya, tetapi sebaliknya akan mendapatkan celaan dan ancaman yang mengerikan. Hadist lain, dari Abdullah bin Umar r.a. meriwayatkan dari Nabi saw, Beliau bersabda, “Barangsiapa menuntut ilmu dengan niat  bukan karena Alloh, maka hendaklah ia menyediakan tempatnya didalam neraka ” (HR.Tirmidzi).
3.    Dilandasi dengan ilmu.
Rosululloh bersabda, “Barangsiapa menghendaki kebahagiaan dunia, maka wajib atasnya mengetahui ilmunya, dan barangsiapa menghendaki kebahagiaan akhirot, maka wajib atasnya mengetahui ilmunya, dan barangsiapa menghendaki kehidupan dunia akhirot, maka wajib atasnya mengetahui ilmunya”. Secara syariah, ibadah telah ditentukan syarat dan rukunnya serta hal-hal yang membatalkanya. Untuk melaksanakanya perlu mengetahui ilmunya, sehingga dapat  melaksanakan sesuai dengan syarat dan rukun yang telah ditentukan.
4.    Tidak dicampuri dengan (penyakit hati) yang dapat menghapus pahala ibadah. Misalnya syirkul khafi (syirik tersembunyi) atau riya, takabbur dan sebagainya. Banyak hadist yang telah menerangkan celanya perbuatan yang dapat merusak pahala ibadah.
Satu diantaranya, dari Syaddad bin Aus r.a. berkata, “Aku mendengar Rosululloh saw bersabda, “Barangsiapa yang sholat karena riya (ingin dilihat oleh orang lain), sesungguhnya ia telah berbuat syirik (menyekutukan Alloh), barangsiapa berpuasa karena riya, sungguh ia telah berbuat syirik, dan barang siapa bersedekah karena riya, maka sesungguhnya ia pun telah berbuat syirik”. Jauhilah perbuatan syirik dan atau riya, agar amal ibadah kita dapat diterima di sisi Alloh sebagai catatan amal sholeh, amiin.

Wassalaamu’alaikum wr wb.

Pati, 8 Rhomadhon, 1430 H, 29 Agustus 2009 M
Hamba Alloh yang lemah, hina dan fakir dihadapan-Nya (Masirin)

0 Komentar

    Tambah Komentar