1911:
Sebagai tindak lanjut dari keputusan yang telah diambil setahun yang lalu, Hari Perempuan Seduani untuk pertamakalinya diperingati (pada tanggal 19 Maret) di Austria, Denmark, Jerman dan Swiss, dimana lebih dari sejuta perempuan dan laki-laki bersama-sama turun kejalan. Selain hak untuk ikut serta dalam pemilu dan posisi di dalam pemerintahan , mereka menuntut hak bekerja, kesempatan memperoleh pelatihan, dan penghapusan diskriminasi dalam pekerjaan.
Kurang dari seminggu sejak peringatan tersebut, pada tanggal 25 Maret terjadi insiden tragis di New York yang menewaskan lebih dari 140 buruh perempuan yang kebanyakan adalah imigran asal Italia dan Yahudi. Kejadian ini sangat mempengaruhi peraturan perburuhan di Amerika Serikat dan kondisi kerja yang menyebabkan insiden ini terjadi kemudian dikecam habis-habisan selama peringatan Hari Perempuan Internasional tahun berikutnya.
1913-1914
Sebagai bagian dari upaya perdamaian yang berkembang selama berlangsungnya Perang Dunia I, perempuan Rusia memperingati Hari Perempuan Internasional untuk pertama kalinya pada hari Minggu terakhir bulan Februari 1913. Di belahan Eropa lainnya, pada atau sekitar tanggal 8 Maret di tahun berikutnya, perempuan berunjuk rasa baik untuk memprotes perang maupun sebagai ungkapan solidaritas kepada saudara-saudara perempuan di manapun juga.
1917
Karena dua juta tentara Rusia terbunuh dalam perang, perempuan Rusia sekali lagi turun kejalan pada hari minggu terakhir di bulan Februari menyerukan "Roti dan Perdamaian". Para pemimpin politik menentang unjuk rasa tersebut, tetapi para perempuan ini tetap bertahan. Dan sejarah mencatat bahwa empat hari kemudian, Czar (raja) turun tahta dan pemerintahan sementara mengakui hak perempuan untuk ikut serta dalam pemilu. Hari bersejarah itu jatuh pada tanggal 23 Februari di Kalender Julian yang digunakan di Rusia atau tanggal 8 Maret menurut kalender Gregorian (kalender Masehi yang juga kita gunakan). Dan sejak saat itulah Hari Perempuan Sedunia diperingati pada hari yang sama oleh perempuan di seluruh dunia..
Mengapa masih perlu membuat hari khusus untuk merayakan kaum perempuan sedunia?
Di Indonesia, berdasarkan catatan Komisi Nasional Perempuan, selama kurun waktu 2007-2008, tingkat kekerasan terhadap perempuan meningkat hingga 100 persen. Jenis kekerasan yang paling banyak adalah secara seksual dan dalam ranah privat. Bahkan mayoritas korbannya masih berada di bawah umur. Pelakunya sendiri mulai dari yang berpendidikan tinggi hingga kalangan menengah ke atas.
Sementara itu, keterwakilan perempuan dalam parlemen belum terlihat signifikan. Bahkan dalam Pemilu 2009, yang tinggal menghitung hari, keterwakilan 30 persen perempuan, juga belum terlihat nyata. Apa karena banyak perempuan yang merasa apatis, suara perempuan tidak terlalu didengar dan tidak banyak berpengaruh pada kebijakan yang dikeluarkan.
Kedudukan perempuan sebagai sebagai penentu keputusan masih rendah, begitu pula akses perempuan terhadap sumber daya. Hal ini digarisbawahi oleh ketidaksetaraan yang masih terus berlanjut, seperti :
- masih rendahnya perwakilan perempuan dalam posisi yang berpengaruh dalam dunia politik dan ekonomi dunia (siapa yang mengendalikan globalisasi?);
- perempuan masih mendominasi angka kaum miskin; berlanjutnya kekerasan terhadap perempuan;
- adanya pemisahan jenis kelamin (gender gap) dalam pendidikan dan besar-kecilnya gaji.
Hak yang sama bagi setiap warga negara, yang seharusnya bersifat universal, masih belum berlaku bagi perempuan, yang belum mendapatkan sumber daya yang memungkinkan mereka untuk menggunakan hak mereka sebagai warga negara.
Pekerjaan-pekerjaan reproduktif tanpa imbalan masih dibebankan di pundak perempuan: di seluruh dunia, perempuan masih melakukan pekerjaan-pekerjaan reproduktif, merawat orang sakit dan jompo, merawat keluarga dan rumah tangga setiap hari - baik secara fisik maupun psikologis. Pekerjaan jenis ini diperlukan di setiap penjuru dunia, tapi masih belum diberikan imbalan, dan orang cenderung menganggap perempuan harus dan mau melakukan pekerjaan seperti ini. Kita ingin dunia mengakui pentingnya pekerjaan seperti ini dan mengakui bahwa itu merupakan tanggung jawab bersama.
Oleh karena itu, Hari Perempuan Sedunia adalah hari untuk mengarahkan fokus dunia pada hal-hal di atas dan juga masalah-masalah perempuan lainnya. Pada hari ini, saatnya perempuan untuk membina jaringan, menyusun strategi dan bergerak; tunjukkan keberadaan, suara, dan visi kita pada dunia. Melalui hari ini, kita juga harus bekerjasama dengan kaum pria mengenai kesetaraan jender. Karena, hanya dengan kerjasamalah perubahan bisa terjadi. Dan perubahan itulah yang kita inginkan.(Ijs)
Sebagai tindak lanjut dari keputusan yang telah diambil setahun yang lalu, Hari Perempuan Seduani untuk pertamakalinya diperingati (pada tanggal 19 Maret) di Austria, Denmark, Jerman dan Swiss, dimana lebih dari sejuta perempuan dan laki-laki bersama-sama turun kejalan. Selain hak untuk ikut serta dalam pemilu dan posisi di dalam pemerintahan , mereka menuntut hak bekerja, kesempatan memperoleh pelatihan, dan penghapusan diskriminasi dalam pekerjaan.
Kurang dari seminggu sejak peringatan tersebut, pada tanggal 25 Maret terjadi insiden tragis di New York yang menewaskan lebih dari 140 buruh perempuan yang kebanyakan adalah imigran asal Italia dan Yahudi. Kejadian ini sangat mempengaruhi peraturan perburuhan di Amerika Serikat dan kondisi kerja yang menyebabkan insiden ini terjadi kemudian dikecam habis-habisan selama peringatan Hari Perempuan Internasional tahun berikutnya.
1913-1914
Sebagai bagian dari upaya perdamaian yang berkembang selama berlangsungnya Perang Dunia I, perempuan Rusia memperingati Hari Perempuan Internasional untuk pertama kalinya pada hari Minggu terakhir bulan Februari 1913. Di belahan Eropa lainnya, pada atau sekitar tanggal 8 Maret di tahun berikutnya, perempuan berunjuk rasa baik untuk memprotes perang maupun sebagai ungkapan solidaritas kepada saudara-saudara perempuan di manapun juga.
1917
Karena dua juta tentara Rusia terbunuh dalam perang, perempuan Rusia sekali lagi turun kejalan pada hari minggu terakhir di bulan Februari menyerukan "Roti dan Perdamaian". Para pemimpin politik menentang unjuk rasa tersebut, tetapi para perempuan ini tetap bertahan. Dan sejarah mencatat bahwa empat hari kemudian, Czar (raja) turun tahta dan pemerintahan sementara mengakui hak perempuan untuk ikut serta dalam pemilu. Hari bersejarah itu jatuh pada tanggal 23 Februari di Kalender Julian yang digunakan di Rusia atau tanggal 8 Maret menurut kalender Gregorian (kalender Masehi yang juga kita gunakan). Dan sejak saat itulah Hari Perempuan Sedunia diperingati pada hari yang sama oleh perempuan di seluruh dunia..
Mengapa masih perlu membuat hari khusus untuk merayakan kaum perempuan sedunia?
Di Indonesia, berdasarkan catatan Komisi Nasional Perempuan, selama kurun waktu 2007-2008, tingkat kekerasan terhadap perempuan meningkat hingga 100 persen. Jenis kekerasan yang paling banyak adalah secara seksual dan dalam ranah privat. Bahkan mayoritas korbannya masih berada di bawah umur. Pelakunya sendiri mulai dari yang berpendidikan tinggi hingga kalangan menengah ke atas.
Sementara itu, keterwakilan perempuan dalam parlemen belum terlihat signifikan. Bahkan dalam Pemilu 2009, yang tinggal menghitung hari, keterwakilan 30 persen perempuan, juga belum terlihat nyata. Apa karena banyak perempuan yang merasa apatis, suara perempuan tidak terlalu didengar dan tidak banyak berpengaruh pada kebijakan yang dikeluarkan.
Kedudukan perempuan sebagai sebagai penentu keputusan masih rendah, begitu pula akses perempuan terhadap sumber daya. Hal ini digarisbawahi oleh ketidaksetaraan yang masih terus berlanjut, seperti :
- masih rendahnya perwakilan perempuan dalam posisi yang berpengaruh dalam dunia politik dan ekonomi dunia (siapa yang mengendalikan globalisasi?);
- perempuan masih mendominasi angka kaum miskin; berlanjutnya kekerasan terhadap perempuan;
- adanya pemisahan jenis kelamin (gender gap) dalam pendidikan dan besar-kecilnya gaji.
Hak yang sama bagi setiap warga negara, yang seharusnya bersifat universal, masih belum berlaku bagi perempuan, yang belum mendapatkan sumber daya yang memungkinkan mereka untuk menggunakan hak mereka sebagai warga negara.
Pekerjaan-pekerjaan reproduktif tanpa imbalan masih dibebankan di pundak perempuan: di seluruh dunia, perempuan masih melakukan pekerjaan-pekerjaan reproduktif, merawat orang sakit dan jompo, merawat keluarga dan rumah tangga setiap hari - baik secara fisik maupun psikologis. Pekerjaan jenis ini diperlukan di setiap penjuru dunia, tapi masih belum diberikan imbalan, dan orang cenderung menganggap perempuan harus dan mau melakukan pekerjaan seperti ini. Kita ingin dunia mengakui pentingnya pekerjaan seperti ini dan mengakui bahwa itu merupakan tanggung jawab bersama.
Oleh karena itu, Hari Perempuan Sedunia adalah hari untuk mengarahkan fokus dunia pada hal-hal di atas dan juga masalah-masalah perempuan lainnya. Pada hari ini, saatnya perempuan untuk membina jaringan, menyusun strategi dan bergerak; tunjukkan keberadaan, suara, dan visi kita pada dunia. Melalui hari ini, kita juga harus bekerjasama dengan kaum pria mengenai kesetaraan jender. Karena, hanya dengan kerjasamalah perubahan bisa terjadi. Dan perubahan itulah yang kita inginkan.(Ijs)
0 Komentar