Seorang pemenang takkan pernah berhenti untuk berusaha dan orang yang berhenti untuk berusaha takkan menjadi seorang pemenang

SLPHT Ajari Petani Tebu Melek Penggunaan Pupuk Pestisida Alami

(Pati, Wedarijaksa) - Para petani peserta Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT), mulai melek ramah lingkungan.  Karena selama mengikuti kegiatan yang diselenggarakan Balai Proteksi Tanaman (BPT) Perkebunan Jawa Tengah itu, mereka diajari cara membuat dan menggunakan pestisida serta pupuk alami pada tanamannya.

SLPHT selama 16 kali pertemuan, untuk meningkatkan kemampuan dan pemahaman petani tentang prinsip-prinsip pengendalian hama terpadu menggunakan musuh-musuh alami itu, diikuti dua kelompok tani. Yakni Kelompok Tani Handarbeni Desa Margorejo, Kecamatan Wedarijaksa, dan Kelompok Tani Dewi Sri Desa Mojoagung Kecamatan Trangkil. 

Menurut Ketua Kelompok Tani Handar Beni,  Sujono, materi-materi baik teori maupun praktik lapangan selama SLPHT berlangsung, telah menyadarkan petani tebu khususnya, dalam penggunaan pupuk maupun pestisida alami. Selain lebih murah, penggunaan pupuk dan pestisida alami juga ramah lingkungan.

“Kelompok Tani semakin tahu, bahwasannya memberantas hama tebu dan penyakitnya ini,  yang semakin berkurang. Karena petani dilatih untuk membuat kompos dan pestisida alami, dan tidak disarankan penggunaan pestisida kimia yang merusak tanaman dan kesuburan tanah,” demikian diungkapkan, pada penutupan SLPHT di Balai Desa Margorejo Kec Wedarijaksa, Selasa pagi (11/8).

Pemandu SLPHT dari Dishutbun Kabupaten Pati, Hariyadi menuturkan,  memang kegiatan tersebut untuk meningkatkan pengetahuan dan kapasitas para petani tebu, terutama untuk mengetahui masalah hama dan penyakit agar produksi tanaman meningkat. 

“Kemudian menyadarkan kepedulian petani terhadap masalah penggunaan pestisida nabati, dan juga pupuk-pupuk yang bersifat kimiawi. Tentunya ini mendukung program pemerintah mengenai swasembada gula,” terangnya.

Selaku Pemandu SLPHT, Haryadi mengaku, prosentasi dan kemampuan menyerap transfer informasi dan pengetahuan oleh masing-masing peserta, berbeda. Karena selama SLPHT berlangsung, ada beberapa diantaranya yang apatis. Tapi rerata, pengetahuan mereka akan budidaya maupun upaya perawatan tanaman tebu sudah meningkat.

Penanggungjawab SLPHT, yang juga Kasi Bimbingan Peramalan Pengamatan Organisme Pengganggu Tanaman (BBPOPT) Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Kabupaten Pati, Dewi  Suhariswati menjelaskan, penggunaan pestisida nabati ini merupakan sistem Perlindungan Hama Terpadu (PHT). Methode ini lebih efektif ketimbang menggunakan pestisida berbahan kimia, yang justru merusak dan mengurangi kadar hara tanah.

“Perlindungan dengan sistim PHT ini ditekankan pada bahan untuk pengendali yang ramah lingkungan tidak menggunakan pertisida tapi dengan ramah lingkungan. Penggunaan pestisida kimia merupakan alternarif terakhir jika penggunaan pestisida alami belum berhasil. Selain itu, pertimbangan biaya perawatan tanaman juga menjadi perhitungan dalam memutuskan menggunakan perstisida kimia,” kata Dewi Suhariswati.

SLPHT dilakukan dengan 70 persen praktik lapangan, dan 30 persen teori budidaya tanaman tebu. Diantaranya pembuatan pupuk Bokashi (Bahan Organik Kayu dan Sumber Hidup), dan pengendalian hama terpadu, serta menghindari bahan kimia dan lebih cenderung menggunakan musuh alami OPT, dalam pengendalian hama tanaman. Seperti memanfaatkan burung hantu, ular, walang kadung, jamur beauveria bassiana.

sumber berita : pasfmpati.com

sumber foto :memokediri.com

0 Komentar

    Tambah Komentar