Tegas akan diri sendiri, buang pikiran negatif dan lakukan yang baik. Kegelisahan hanya milik mereka yang putus asa

Rupiah Melemah Jadi Angin Segar Bagi Petani Kedelai di Pati

Melemahnya rupiah atau menguatnya mata uang dolar hingga mencapai lebih dari Rp14 ribu, justru mendatangkan angin segar bagi para petani kedelai di Kabupaten Pati. Jika di wilayah lain harga kedelai impor mulai naik dan kedelai lokal juga agak langka, tidak demikian halnya dengan di Kabupaten Pati. “Ini patut kita syukuri. Pati salah satu penyangga kedelai nasional, jadi panen kali ini mudah-mudahan jadi angin segar bagi petani di Pati karena harganya diperkirakan akan lebih baik”, terang Bupati Pati usai menghadi acara Gerakan Pencanangan Panen Kedelai Gerakan Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu (GP-PTT) Kedelai Kawasan APBN-TP Kabupaten Pati Tahun 2015 di Hamparan Sawah Desa Dadirejo Kecamatan Margorejo, Selasa (25/8).

Meski demikian, ia berharap pemerintah pusat dapat mengendalikan harga agar harga kedelai di tingkat petani terus stabil tapi industri kecil yang membutuhkan kedelai semisal pengolahan tahu tempe juga tak terlalu menjerit dengan kondisi tersebut. “Beberapa bulan lalu rupiah sudah melemah tapi waktu itu kedelai impor justru harganya anjlok karena negara-negara produsen kedelai internasional sedang panen raya, mudah-mudahan tren kenaikan harga kedelai impor kali ini juga karena di sana sudah tidak musim panen lagi sehingga kedelai lokal bisa menggeliat”, harap Haryanto.


Bupati pun menyadari, jika harga kedelai lokal semakin bagus, tanpa disuruh pun para petani akan berlomba-lomba memperluas lahan pertanian kedelai mereka.
Senada dengan Bupati, Pajaryo, Wakil Ketua Kelompok Tani Makmur yang hadir pada acara tersebut juga berharap pemerintah pusat dapat menjaga stabilitas harga kedelai di tingkat petani. Menurutnya, saat ini harga kedelai konsumsi di wilayahnya berkisar Rp 7 ribu. “Tapi kami dari kelompok tani nantinya mematok harga kedelai sebesar Rp 10 ribu untuk benih”, terang Pajaryo.


Petani tersebut beralasan bahwa adanya patokan harga di tingkat petani diharapkan bisa mencegah permainan harga oleh tengkulak.
Ia pun mengucapkan terimakasih pada pemerintah utamanya pada Pemkab Pati melalui Dispertanak-nya  yang telah mendampingi para petani kedelai. “Ya Alhamdulillah kita sudah dikasih pancingan berupa benih, obat , dan lain-lain. Kini haraapaan kami pemerintah juga bisa bantu menstabilkan harga kedelai”, pintanya.
Sementara itu saat ditanya tentang capaian panen kali ini, Pajaryo mengatakan bahwa angkanya meningkat. “Lahan di sini luasnya 100,5 hektar.  Di tahun 2014 per hektar bisa menghasilkan kedelai sebanyak 2,7 ton, dan sekarang naik menjadi 2,8-2,9 ton per hektar”, terangnya. Ia pun berharap dapat terus mendapat bimbingan agar hasil panennya kelak bisa lebih meningkat hingga 3 ton per hektar.

sumber berita: pasfmpati.com

sumber ilustrasi gambar: www.bijaks.net

0 Komentar

    Tambah Komentar