Tegas akan diri sendiri, buang pikiran negatif dan lakukan yang baik. Kegelisahan hanya milik mereka yang putus asa

Margotuhu Luncurkan Gerakan Biopori Massal

Gerakan pembuatan lubang resapan biopori mulai digalakkan di Pati. Upaya itu bagian dari pengurangan risiko bencana (PRB) sekaligus mengelola sampah organik. Gerakan itu bakal diawali di Desa Margotuhu Kidul, Kecamatan Margoyoso. Kepala Desa (Kades) setempat Bambang Endrapuspita menyatakan, dalam waktu dekat gerakan biopori massal di wilayahnya terlaksana.

“Tiap rukun tetangga (RT) akan kami gerakan untuk membuat itu. Karena manfaat biopori cukup besar,” ujarnya di sela-sela pelatihan penanggulangan bencana di balai desa setempat, kemarin. Pihaknya meminta pelatihan tersebut agar ketersediaan air di desanya tetap terjaga. Meskipun bukan daerah rawan bencana banjir dan kekeringan, dia berharap wilayahnya tidak kekurangan air saat kemarau dan ketika hujan air mudah terserap ke dalam tanah.

“Gerakan ini sejalan dengan penghijauan. Upaya demikian penting dan bukan untuk kepentingan jangka pendek tetapi lebih pada waktu yang panjang,” katanya. Sebagai daerah pengguna air relatif tinggi lantaran banyak pembenihan ikan lele, menurutnya perlu upaya upaya menjaga ketersediaan air tanah.

Pembuatan biopori menjadi langkah cepat. Adapun upaya jangka panjang akan ditempuh pembuatan sumur resapan di setiap rumah. “Pembuatan lubang resapan biopori paling memungkinkan dilaksanakan saat ini. Caranya juga mudah dan memungkinkan diterapkan di setiap rumah,” jelasnya.

Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Suprapto mengungkapkan, pembuatan lubang resapan biopori perlu lebih digencarkan sosialisasinya di masyarakat.

Sejalan dengan itu, dibutuhkan gerakan massif di seluruh wilayah Pati agar air terkelola dengan baik. “Lubang resapan biopori sangat efektif untuk mengelola air. Selain sederhana dan mudah dibuat, biopori memungkinkan dibuat di semua wilayah, termasuk pada lahan sempit,” katanya.

Tanah Subur

Selain berfungsi menyerap air, biopori menurutnya juga penyimpan sampah organik. Setelah sampah berubah menjadi kompos maka dapat diambil dan diganti dengan sampah organik yang baru, begitu seterusnya.

Suprapto menjelaskan, dengan keberadaan sampah organik di dalam lubang biopori, maka tanah akan menjadi subur dan bisa menambah lubang kapiler di dalam tanah. Itu akan lebih memudahkan penyerapan air. “Gerakan ini harus dilakukan ke seluruh daerah. Kebetulan Margotuhu Kidul menjadi pioner karena melakukan dahulu,” ujarnya.

Dia mengatakan, pembuatan lubang biopori juga harus memperhatikan luas lahan. Idealnya, untuk lahan seluas 100 meter persegi dibutuhkan 30 lubang biopori. Setiap lubangnya berdiameter 10 cm dan sedalam 80-100 cm.

sumber berita: suaramerdeka.com

sumber ilustrasi gambar:www.kawankumagz.com

0 Komentar

    Tambah Komentar