Bupati Pati Haryanto, Wakil Bupati Saiful Arifin, bersama Pramuka, PMI dan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI), Senin (15/2), memberikan bantuan bencana alam banjir khususnya di Desa Babalan, Kecamatan Gabus.
Menurut Haryanto, kondisi saat ini, beberapa wilayah masih tergenang banjir. "Data terakhir masih 6 Kecamatan 46 desa. Adapun ketinggian air banjir mengalami penurunan sedikit yaitu sekitar 10 cm. Kadang ketinggian air masih naik turun karena curah hujannya juga masih tinggi", tuturnya.
Jika kondisi semacam ini terus terjadi, Bupati pun khawatir masyarakat yang bekerja di sektor pertanian dan infrastruktur yang terkena dampaknya. "Tanaman yang tergenang air akan rusak. Petani yang mau panen kurang lebih ada 680 hektar. Dan itu siap panen, tapi dua hari akhirnya puso", ungkap Haryanto.
Oleh karena itu pihaknya berharap kepada pemerintah pusat maupun Pemprov untuk bisa membantu normalisasi sungai Juwana. Karena salah satu harapan warga Pati, imbuh Bupati, adalah normalisasi sungai Juwana bisa sampai tuntas dari hulu sampai ke hilir.
"Iya paling tidak mohon untuk program nasional ada yang ditunda terlebih dahulu untuk menuntaskan penyelesaian sungai Juwana. Kalau dikasih program sepotong-sepotong kami khawatir itu tidak bisa selesai karena sungai Juwana adalah pembuangan 26 anak sungai", jelasnya.
Sehingga, lanjut Bupati, bila banjir di Kudus, Grobogan dan daerah lainnya sudah surut, Pati justru baru surut karena muaranya adalah di sungai Juwana. "Ini sudah dua pekan. Dan warga masyarakat masih membutuhkan bantuan dari Pemda, HIPMI,, Pramuka, PMI, karang taruna, masyarakat dan komunitas-komunitas yang lain", ungkapnya.
Haryanto juga menyampaikan terima kasih kepada masyarakat yang bersatu padu dan sangat peduli membantu masyarakat terdampak bencana banjir. "Jumlah pengungsi saat ini masih ada di Desa Kasihan, Doropayung, Bumirejo, Banjarsari dan Karangrowo", imbuhnya.
Hari ini, Bupati beserta rombongan, hadir di desa Babalan karena ada warga yang masih bertahan di rumah karena tidak bisa bekerja. "Kita kasih sembako. Karena mereka kalau mau meninggalkan rumah untuk mengungsi juga ragu. Mereka khawatir jika barangnya hilang. Karena itu, mereka tetap bertahan di rumah dan tidak mau mengungsi", terangnya.
Bupati pun mengaku sudah berkali-kali menyampaikan ke Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dan Balai Besar terkait dengan kondisi tersebut. "Bahkan Detail Engineering Design (DED)-nya sudah dua tahun jadi. Saya juga sudah audensi di Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) dan telah menyampaikan lewat surat maupun usulan terkait normalisasi Sungai Juwana, yang memang menjadi ranah pemerintah pusat", pungkasnya. (fn3 /FN /MK)
0 Komentar