Tiga Kelas Terancam Diungsikan
Guru SDN Pekuwon, Kahono mengatakan banjir kali ini terbilang cukup
parah lantaran air telah masuk hampir ke hampir seluruh ruang kelas.
Ketinggian air di halaman sekolah mencapai ketinggian 30 cm. Pihak
sekolah terpaksa memulangkan siswa kelasI, II, III lebih awal. Siswa
yang duduk di tiga kelas diatasnya masih mengikuti pelajaran seperti
biasa.
"Terpaksa kelas IV, V, VI belajar di dala kelas yang kemasukan air. Mau bagaimana lagi wong keadaanya seperti ini?" ujarnya. Akibatnya banjir yang sering merendam sebagian besar bangunan sekolah yang berada di tepi jalan raya Juwana-Jakenan itu rusak. Dinding beserta kusennya keropos.
Bahkan dua ruang kelas terancam ambruk lantaran kayu rangka atapnya juga lapuk. "Di sini lengkap penederitaannya. Kalau hujan kebanjiran dan sebentar lagi mungkin beberapa kelas sudah tidak bisa dipakai lagi karena hampir semua kayunya lapuk," kata guru kelas VI itu.
Banjir di SDN Pekuwon biasanya berlangsung beberapa hari. Sebab air sulit mengalir keluar karena permukaan tanah di SD itu rendah, bahkan lebih rendah dari parit di depannya.
Kantor desa
Jika sampai sepekan ke depan banjir belum surut, pihak sekolah berencana mengungsikan kelas VI, V, VI ke aula Kantor Desa Pekuwon. Langkah tersebut diambil agar pembelajaran tetap berjalan.
"Terutama bagi kelas VI yang sebentar lagi akan menghadapi UN. Kami tidak ingin merasa ketinggalan pelajaran dan terganggu nilai ujiannya," tandas Kahono.
Para siswa kelas I-III terpaksa diminta belajar di rumah untuk sementara, jika banjir tak kunjung surut . Sebab, pihak sekolah khawatir apabila dipaksakan masuk sekolah siswa yang tergolong cukup kecil itu akan terganggu kesehatannya.
Kahono mengaku telah lama ingin meninggikan seluruh bangunan dan halaman sekolah. Namun biaya yang cukup besar membuat pihak sekolah harus bersabar menunggu kucuran bantuan dari pemerintah.
"Dulu sejumlah kelas pernah ditinggikan 20 cm ketika mendapat bantuan dana tahun 2008. Namun tetap saja mash kemasukan banjir dan prlu dinaikkan lagi permukaannya," kata dia.
sumber ilustrasi gambar:dprdkutaikartanegara.go.id
"Terpaksa kelas IV, V, VI belajar di dala kelas yang kemasukan air. Mau bagaimana lagi wong keadaanya seperti ini?" ujarnya. Akibatnya banjir yang sering merendam sebagian besar bangunan sekolah yang berada di tepi jalan raya Juwana-Jakenan itu rusak. Dinding beserta kusennya keropos.
Bahkan dua ruang kelas terancam ambruk lantaran kayu rangka atapnya juga lapuk. "Di sini lengkap penederitaannya. Kalau hujan kebanjiran dan sebentar lagi mungkin beberapa kelas sudah tidak bisa dipakai lagi karena hampir semua kayunya lapuk," kata guru kelas VI itu.
Banjir di SDN Pekuwon biasanya berlangsung beberapa hari. Sebab air sulit mengalir keluar karena permukaan tanah di SD itu rendah, bahkan lebih rendah dari parit di depannya.
Kantor desa
Jika sampai sepekan ke depan banjir belum surut, pihak sekolah berencana mengungsikan kelas VI, V, VI ke aula Kantor Desa Pekuwon. Langkah tersebut diambil agar pembelajaran tetap berjalan.
"Terutama bagi kelas VI yang sebentar lagi akan menghadapi UN. Kami tidak ingin merasa ketinggalan pelajaran dan terganggu nilai ujiannya," tandas Kahono.
Para siswa kelas I-III terpaksa diminta belajar di rumah untuk sementara, jika banjir tak kunjung surut . Sebab, pihak sekolah khawatir apabila dipaksakan masuk sekolah siswa yang tergolong cukup kecil itu akan terganggu kesehatannya.
Kahono mengaku telah lama ingin meninggikan seluruh bangunan dan halaman sekolah. Namun biaya yang cukup besar membuat pihak sekolah harus bersabar menunggu kucuran bantuan dari pemerintah.
"Dulu sejumlah kelas pernah ditinggikan 20 cm ketika mendapat bantuan dana tahun 2008. Namun tetap saja mash kemasukan banjir dan prlu dinaikkan lagi permukaannya," kata dia.
sumber ilustrasi gambar:dprdkutaikartanegara.go.id
Komentar (0)
Tuliskan Komentar Anda