Aprillyani Sofa Marwaningtyas terpilih sebagai nominator "KICK ANDY HEROES 2015"

Aprillyani Sofa Marwaningtyaz atau yang kerap disapa April ini adalah gadis kelahiran Pati, 21 April 1997. April tumbuh dalam keluarga miskin. Ayahnya seorang petani, sementara ibunya hanya ibu rumah tangga biasa. Hidup dalam kemiskinan tidak membuat April rendah diri atau patah semangat. Justru sebaliknya, ia tumbuh menjadi anak yang kuat dan semangat meraih mimpi-mimpinya agar bisa terbebas dari kemiskinan.


Tekad dan semangat itu ditunjukkan April melalui prestasinya di sekolah. Dan bukan hanya prestasi akademik, sulung dari dua bersaudara ini juga kerap menjuarai berbagi lomba baik di tingkat nasional maupun internasional. April sendiri bukanlah siswa dari sekolah bonafid. Saat SMA dia bersekolah di SMA PGRI 2 Kayen yang berlokasi di pelosok desa, jauh dari pusat kota Pati. Walau berada di pelosok desa, sekolah swasta ini telah mencetak banyak siswa-siswi berprestasi. “Walau sekolah kami itu jauh dari pusat kota, berada di desa dan berlokasi mepet dengan sawah, tetapi sekolah kami bisa mengalahkan sekolah-sekolah lain di Kabupaten Pati yang notabene adalah sekolah favorit. Bakat saya dikembangkan oleh guru-guru yang luar biasa di SMA PGRI 2 Kayen,” aku April.


Penelitian pertama April adalah saat ia berada di kelas 10 pada tahun 2011. Ia memilih objek penelitian limbah kapuk randu atau yang dikenal dengan istilah klothok. Berawal dari keprihatinannya melihat limbah kapuk randu atau klothok yang bisa mencapai 150 ton di desanya dan hanya dimanfaatkan sebagai bahan bakarpengganti, April kemudian mencoba meneliti manfaat atau potensi lain kapuk randu tersebut. Dari serangkaian penelitian yang berjalan hampir dua tahun, penelitian tersebut menghasilkan biofungisida dari klothok kapuk randu. “Biofungisida merupakan bahan hayati, baik berupa tanaman, hewan, mikroba, atau protozoa yang dapat digunakan untuk mengendalikan hama dan penyakit pada tanaman,” tutur April.
Penemuan biofungisida ini kemudian diikutsertakan dalam ajang Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI) yang diselenggarakan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia pada tahun 2012. Dalam kompetisi ini, April berhasil meraih medali perunggu atau Juara 3.


Tidak puas di skala nasional, April kemudian mengikutsertakan hasil temuannya ini di tingkat internasional dalam ajang Mostra Internacional de Ciencia Tecnologia (Mostratec) bidang Biologi Molekuler, yang berlangsung pada 23-28 Oktober 2013 di Nuvo Hamburgo Brazil. Tidak tanggung-tanggung, di ajang ini April mendapatkan dua penghargaan sekaligus yaitu medali emas dan juga the best project, mengalahkan 500 peserta lain dari 40 negara di dunia.
Keunggulan biofungisida temuan April ini adalah karena sifatnya yang alami, maka hasil pertanian bebas dari unsur kimia yang biasanya ada pada pestisida kimia. Selain itu, biofungisida ini relatif lebih murah dan efisien. Kini, biofungsida ini sudah diaplikasikan oleh para petani cabai di desa April. Kedepannya, April berencana untuk memproduksi biofungisida secara massal dan memasarkan hasil penelitiannya ini ke pasar Indonesia. “Jika mendapatkan apresiasi, dukungan moral dan material kami siap memasarkan produk ini kepasaran,” ujarnya.


Sukses biofungisida tidak membuat April puas. Ia kembali melanjutkan penelitiannya dengan objek batu kapur giling yang berlimpah di daerah tempat tinggalnya. Dari hasil penelitian tersebut April menemukan bahwa pemanfaatan kapur giling ini bisa meningkatkan kualitas bahan bangunan menjadi lebih kokoh.
Temuan ini kemudian diikutsertakan dalam ajang International Young Inventor Project Olympiad (IYIPO) di Georgia Eropa Timur pada tanggal 25-27 April 2013, dan berhasil meraih juara kedua. Penelitian ini dianggap unik oleh para juri dalam kompetisi tersebut. “Penelitian batu apur giling ini dianggap unik oleh para juri karena memanfaatkan potensi alam sekitar. Selain bisa menghemat semen namun tidak mengurangi kualitas dan kuantitas bahan,” sambungnya.


April tidak pernah menyangka, bahwa dirinyayang berasal dari desa bisa menembus lomba internasional dan bertarung dengan peserta dari negara-negara kuat dunia. Baginya kekurangan dan keterbatasan ekonomi bukanlah penghalang untuk terus mengeksplorasi potensi dirinya. Kini, gadis sederhana yang memiliki cita-cita menjadi dosen ini melanjutkan pendidikan di UGM, dan akan terus melakukan eksperimen dibidang penelitian. Pesannya untuk seluruh pelajar di Indonesia adalah jangan patah semangat. “Jadikan apapun kekurangan kita menjadi sesuatu yang bisa kita banggakan. Berprsetasilah! Maju, keep moving forward!” ujarnya.

sumber berita:pasfm pati

sumber ilustrasi gambar:humas.patikab.go.id

Komentar (0)
Tuliskan Komentar Anda