Gapura Imlek Mulai Didirikan
Panggung ketoprak yang akan menghibur masyarakat Pati saat penyambutan tahun baru Imlek memang di desain dalam bentuk kelenteng.
Hal itu mengingat, selain ingin menampilkan suasana baru kesenian panggung yang selama ini potensial di Pati, juga sesuai dengan cerita yang akan digelar. Yakni pendaratan Sam Poo Kong dalam ekspedisi pertama dari daratan Yunan, Tiongkok di Pelabuhan Lasem.
Karena itu, suasana panggung harus mendukung suasana tersebut agar tontonan yang akan disuguhkan pihaknya kepada masyarakat tetang ketokohan Sam Poo Kong benar-benar bisa menjadi cermin guna membangun kebersamaan dalam berbangsa dan bernegara di republik ini.
Kendati setelah beberapa hari pendaratannya di Lasem, sempat terjadi kesalh pahaman dengan sunan Bonang. Akhirnya tokoh itu bisa menjalin kerja sama dengan beberapa wali songo.
“Disini juga Sam Poo Kong dihadapkan pada persoalan. Dia harus bisa mengatasi amukan seorang murid Sunan Muria, yaitu Suro Gotho,” ujarnya.
Kebaikan
Sebab, ungkap Eddy Siswanto, seburuk dan sejahat apapun sosok murid Sunan Muria itu tetap ada satu titik putih yang namanya kebaikan . murid itu menjadi jahat dan harus membunuh banyak orang yang menghalangi keinginannya. Hal tersebut dia lakukan karena terpaksa akibat keinginannya untuk bisa bersanding seorang gadis, Dewi Wiji, tidak kesampaian.
Titik kecil kebaikan Suro gotho adalah murid salah seorang Wali songo. Dengan demikian, seorang tokoh seorang Sam Poo Kong tetap dengan jujur mengakui kebenaran apa yang pernah diungkapkan Sunan Bonang, bahwa manusia memang tempatnya salah, lupa, dan keterpaksaan. Menurutnya, tindakan Suro Gotho sudah mewakili ketiga unsur tentang sosok manusia tersebut.
Kesenian tradisional ketoprak tidak hanya sekedar tontonan, tapi juga bisa menjadi tuntunan.
“karena itu, tidak ada yang salah jika kelenteng pun menjadikan ketoprak untuk menegaskan, yang namannya manusia itu sama kedudukanya di hadapan Tuhan Yang Maha Esa,” papar Eddy Siswanto. (ad-57)
