Pengolahan Sampah Plastik Tidak Berorientasi Bisnis
Setelah diproses dalam alat pemisah, langsung bisa dalam bentuk cacahan lebut, sehingga dapat dimanfaatkan untuk memuat kompos. Sedangkan sampah nonorganik berupa plastik diolah menjadi gas dan BBM. Peralatan untuk keperluan itu, menelan biaya RP 100 juta lebih.
Tersedianya peralatan tersebut diharapkan bisa mengurangi sampah yang setiap hari dibuang ke TPA, meskipun datanya sampah dengan mobil kontainer terlebih dahulu sudah dipilah oleh para pemulung. " Karena mereka hanya mengambil sampah yang laku terjual, maka sisanya pun banyak yang harus masuk ke lubang penimbunan, ujarnya.
Belajar
untuk sampah yang sudah masuk ke lubang penimbunan, katanya, sudah diupayakan penangannya untuk diambil gas metana, agar sengatan bau yang sukup tajam bisa berkurang.
uji coba pengambilan gas metanana dari lubang penimbunan sampah di TPA sudah dilakukan, dan hasilnya tinggal penyaluran dan pengemasannya dalam tabung.
Upaya pengemasan gas dalam tabung itu yang sampai sekarang masih dicarikan jalan pemecahannya, karena tbung-tabung untuk keprluan itu pihaknya belum menyiapkan.
Sedangkan kalau menggunakan tabung yang dijproduksi Pertamina, pasti akan terkena klaim atau lebih ekstrem dianggap melakukan pemalsuan merek.
Padahal selain gas metana, dari hasil pengolahan sampah, khusus plastik juga menghasilkan gas. Karena itu, jika nanti ada kesulitas mengemas gas tersebut dalam tabung, maka proses selanjutnya akan dititik beratkanpada hasil minyak tanah.
Sebab kalau dari proses pengolahan sampah plastik itu, bisa diambil jenis premium, namun untuk pemakaiannya harus melalui uji laboratorium Pertamina.
Terlepas dari maslah tersebut, maka dengan tersedianya peralatan dan proses pengolahan itu, bisa menjadi media belajar bagi yang berminat mengembangkan usaha tersebut.
" Lebih-lebih yang cukup membanggakan, gas dan BBMtersebut dihasilkan dari upaya mengolah sampah, "kata Noor Azid.