Warga Keboromo Keluhkan Rob

Kerugian

Petani tambak Sukardi mengemukakan, kerugian akibat banjir ini cukup besar. Paling tidak setiap hektare tambak yang digarap mengalami kerugian Rp 12 juta. Itu merupakan modal awal dan belum termasuk biaya tenaga dan lain-lain. Rata-rata hasil panen kotor tambak udang windu atau bandeng dalam kondisi normal adalah Rp 24 juta per hektare. Sehingga dari 25 hektare yang terendam rob diperkirakan kerugian petani mencapai ratusan juta.

Menurutnya, air pasang tersebut lantaran hutan mangrove di kawasan pantai rusak, bahkan nyaris tidak berbekas lagi. Kondisi itu membuat air laut pasang langsung menerjang kawasan tambak.

Sejauh ini, penanaman mangrove dari pihak terkait telah dilakukan. Hanya saja tidak melibatkan petani tambak setempat sehingga perawatannya tidak maksimal. "Kalau (mangrove-Red) sudah ditanam tidak ada langkah perawatan sehingga mati lagi," kata Sukardi.

Sementara itu, untuk banjir rob yang masuk ke permukiman juga dipengaruhi pintu cekdam Sungai Tayu yang berada di sebelah timur Desa Keboromo tidak berfungsi lagi. Kerusakan itu terjadi sejak lima tahun lalu dan belum pernah dilakukan perbaikan oleh pihak terkait.

"Warga yang menjadi korban rob di sini bingung mau mengadu ke mana. Laporan sering dilakukan tetapi belum ada tindak lanjut nyata," tandas Adib.(H49-42)

Komentar (0)
Tuliskan Komentar Anda