Kebutuhan Air Petani Akan Tercukupi
Memasuki pertengahan bulan ini, isi air Waduk Seloromo di Desa/Kecamatan Gembong, Pati, sudah penuh. Yakni, sekitar 9,5 juta meter kubik sehingga kebutuhan para petani di jaringan irigasi waduk tersebut tetap dalam kondisi aman hingga musim kemarau mendatang.
Selain itu, besar kemungkinan ketersediaan kebutuhan air para petani, baik di Kecamatan Margorejo, Kota Pati, dan sebagian Kecamatan Juwana akan berlebih. Berbeda dengan para petani di jaringan irigasi Waduk Gunungrowo, di Desa Sitiluhur, kecamastan setempat menyusul bocornya waduk itu beberapa waktu lalu.
Apalagi, kata Kepala Seksi (Kasi) Bina Manfaat Bidang Pengairan dan ESDM Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kabupaten Pati, Sumarto, di Pati saat ini masih sering turun hujan. Di sisi lain, para petani di jaringan irigasi waduk juga sudah lebih awal menanam padi pada musim tanam (MT) II yang biasanya baru berlangsung pada awal April.
Dengan demikian, dalam upaya memenuhi kebutuhan air untuk tanaman padinya, para petani masih bisa memanfaatkan air hujan. Jika hal tersebut akan berlangsung hingga akhir bulan ini, maka pemanfaatan air bisa berhemat hingga hampir satu bulan, karena masih ditunjang dengan air hujan.
Karena itu, para petani di kawasan jaringan irigasi Waduk Seloromo, meskipun pada puncak musim kemarau, atau Sepetember mendatang masih bisa kembali menanam padi untuk musim tanam (MT) III. “Meskipun pada musim itu seharusnya menanam palawija, tapi para petani di wilayah Kecamatan Kota Pati, memilih kembali menanam padi,” ujarnya.
Risiko
Sebab, katanya lagi, mereka sudah tahu risiko yang harus dihadapi bila MT III masih menanam padi. Selain maraknya serangan hama, terutama tikus, adalah ancaman kekeringan, dan juga ancaman banjir saat padi menjelang musim panen yang biasanya berlangsung awal atau akhir November.
Terlepas dari hal tersebut, para petani di jaringan irigasi Waduk Seloromo, selama tidak terjadi banjir kiriman, maka panenan padi hasil tanam MTIII seperti tahun lalu tetap bisa maksimal. Dengan ketersediaan air waduk yang mencapai 9,5 juta meter kubik atau hampir dua kali lipat dari volume Gunungrowo, kebuthan air bagi para petani tetap aman.
Misalnya, dari volume waduk sebanyak itu, dua juta meter kubik lainnya berupa endapan lumpur, maka isi waduk tersebut tetap maksimal. Sebab dari areal pertanian yang harus mendapatkan suplai air, biasanya tidak semua untuk keperluan tanaman padi, tapi ada juga untuk tanaman palawija, dan tebu.
Khusus yang disebut terakhir, pada saat musim kemarau berlangsung biasanya masih dalam tahapan proses tebang dan giling oleh pihak pabrik gula. “Akan tetapi, untuk tanaman tebu musim tanam berikutnya harus mendapatkan air agar tidak terancam kekeringan.”
sumber berita:suaramerdeka.com
sumber ilustrasi gambar: www.antarafoto.com