Waduk Gunungrowo Berpotensi Jadi Tempat Wisata
Munculnya dampak sosial penyediaan fasilitas vila di lokasi itu pada
awal reformasi adalah merupakan awal terbengkelainya objek wisata
tersebut hingga sekarang. Yang memprihatinkan, fasilitas bangunan di
bumi perkemahan juga habis dijarah warga.
Kejadian yang sama juga dialami objek wisata Gua Pancur di Desa Jimbaran, Kecamatan Kayen, Pati. Lokasinya tak jauh dari tempat wisata riligius, atau wisata budaya Makam Saridin yang dikenal juga sebagai Syeh Jangkung, di desa/kecamatan yang sama.
Karena itu, kedua objek wisata alam tersebut sekarang hanya tinggal nama. Hal itu pun nyaris dialami satu objek wisata lainnya, Sendang Sani, di Desa Tamansari, Kecamatan Tlogowungu, Pati, tapi sedikit tertolong begitu ada pihak ketiga yang mencoba mengelolanya dengan cukup memberi kontribusi sewa lokasi.
Kendati sudah tiga tahun berjalan, pengelolaan objek wisata yang lebih dominan dengan penyajian fasilitas kuliner itu juga belum menampakkan perkembangan dan kemajuan yang signifikan. Akan tetapi, pihak pengelola terus berupaya untuk mempromosikan dengan membangun sarana serta fasilitas lainnya.
Tidak Menarik
Mengapa lokasi objek wisata yang ada tidak mampu memberikan daya tarik pengunjung? Faktor penyebab utama tak lain karena objek dan fasilitas yang disedikan tidak menjual. Apalagi, personel SKPD yang membidangi masalah tersebut kurang kreatif dalam mengelola lokasi tersebut.
Akibatnya, lokasi tersebut tidak berkembang lebih baik.
Padahal, masih terbuka kesempatan untuk mencari alternatif, misalnya, ketika bermaksud untuk mengembangkan sama sekali tidak pernah terbuka dengan melibatkan kelompok-kelompok kreatif.
Satu di antara kelompok itu tak lain, adalah para seniman lokal. Jika sejak awal pihak yang berkompeten mau sedikit kooperatif dan kreatif, tentu akan banyak masukan dan berani bersepkulasi meskipun dengan penyediaan anggaran yang sangat minum, tapi tidak sampai kehilangan ide-ide segar jika mempunyai tim kerja kreatif.
Melalui cara itu, maka setiap tahun anggaran akan bisa tersediakan fasilitas penunjang. Sepanjang fasilitas sesederhana apa pun, asal bisa memberikan daya tarik pengunjung, mereka tentu akan menjadi betah sehingga kesan yang didapat tentu akan tersebarluaskan dari mulut ke mulut.
Salah satu contoh, jika untuk menyediakan fasilitas yang layak jual secara fisik belum mampu, bisa merintis penyediaan fasilitas yang nonfisik. Salah satu di antaranya adalah mengemas kesenian tradisional yang bisa dimainkan oleh para pekerja di objek wisata itu, sehingga tidak harus mengontrak seniman/seniwat.
sumber ilustrasi gambar: almmh.wordpress.com
Kejadian yang sama juga dialami objek wisata Gua Pancur di Desa Jimbaran, Kecamatan Kayen, Pati. Lokasinya tak jauh dari tempat wisata riligius, atau wisata budaya Makam Saridin yang dikenal juga sebagai Syeh Jangkung, di desa/kecamatan yang sama.
Karena itu, kedua objek wisata alam tersebut sekarang hanya tinggal nama. Hal itu pun nyaris dialami satu objek wisata lainnya, Sendang Sani, di Desa Tamansari, Kecamatan Tlogowungu, Pati, tapi sedikit tertolong begitu ada pihak ketiga yang mencoba mengelolanya dengan cukup memberi kontribusi sewa lokasi.
Kendati sudah tiga tahun berjalan, pengelolaan objek wisata yang lebih dominan dengan penyajian fasilitas kuliner itu juga belum menampakkan perkembangan dan kemajuan yang signifikan. Akan tetapi, pihak pengelola terus berupaya untuk mempromosikan dengan membangun sarana serta fasilitas lainnya.
Tidak Menarik
Mengapa lokasi objek wisata yang ada tidak mampu memberikan daya tarik pengunjung? Faktor penyebab utama tak lain karena objek dan fasilitas yang disedikan tidak menjual. Apalagi, personel SKPD yang membidangi masalah tersebut kurang kreatif dalam mengelola lokasi tersebut.
Akibatnya, lokasi tersebut tidak berkembang lebih baik.
Padahal, masih terbuka kesempatan untuk mencari alternatif, misalnya, ketika bermaksud untuk mengembangkan sama sekali tidak pernah terbuka dengan melibatkan kelompok-kelompok kreatif.
Satu di antara kelompok itu tak lain, adalah para seniman lokal. Jika sejak awal pihak yang berkompeten mau sedikit kooperatif dan kreatif, tentu akan banyak masukan dan berani bersepkulasi meskipun dengan penyediaan anggaran yang sangat minum, tapi tidak sampai kehilangan ide-ide segar jika mempunyai tim kerja kreatif.
Melalui cara itu, maka setiap tahun anggaran akan bisa tersediakan fasilitas penunjang. Sepanjang fasilitas sesederhana apa pun, asal bisa memberikan daya tarik pengunjung, mereka tentu akan menjadi betah sehingga kesan yang didapat tentu akan tersebarluaskan dari mulut ke mulut.
Salah satu contoh, jika untuk menyediakan fasilitas yang layak jual secara fisik belum mampu, bisa merintis penyediaan fasilitas yang nonfisik. Salah satu di antaranya adalah mengemas kesenian tradisional yang bisa dimainkan oleh para pekerja di objek wisata itu, sehingga tidak harus mengontrak seniman/seniwat.
sumber ilustrasi gambar: almmh.wordpress.com
Komentar (0)
Tuliskan Komentar Anda