Dispertannak Terjunkan Tim
Kabid Kesehatan Hewan dan Perlindungan Tanaman Dispertannak Ir Nikentri Meiningrum mengemukakan, sejak ulat bulu diindikasikan masuk ke Kudus, pihaknya semakin meningkatkan kewaspadaan. Namun jumlah petugas lapangan yang terbatas diakui kurang bisa menjangkau semua wilayah sehingga membutuhkan bantuan informasi dari masyarakat. "Untuk Penemuan ulat di Srikaton sampai sekarang (kemarin-Red) belum ada laporan. Tetapi begitu ada informasi, kami langsung terjunkan petugas, "ujar Niken yang didampingi Kasi Perlindungan Tanaman (Pelintan) Indrastuti saat ditemui di kantornya. Dalam hal ini, pihaknya dibantu petugas dari Laboraturium Pengamat Hama dan Penyakit Tanaman Pangan (PHPT) Pati. Harapnya, setelah hasil pengamatan hama tersebut didapat maka penanganannya bisa dilakukan secara terpadu dan tepat. Menurutnya, jika memang dipastikan serangan ulat bulu menyebar, maka pihaknya segera mengupayakan penyemprotan pestisida. Masyarakat juga bisa melakukan sendiri dengan cara mencoba menyemprotkan cairan deterjen untuk mengendalikannya. "Itu dari tinjauan awal dan nanti akan kami pastikan dulu jenis dan populasi ulatnya agar pemilihan pestisidanya tepat. Jadi, sekarang belum bisa memastikan langkah apa yang dilakukan karena masih menunggu hasil pengamatan, "tandasnya. Anomali cuaca yang terus berlangsung diakui banyak memunculkan hama tanaman. Bukan hanya ulat yang belakangan ini banyak menyebar diberbagai daerah, melainkan juga wereng cokelat. Diperkirakan kondisi itu berlangsung hingga bulan depan. Dari hasil laporan sementara tim Dispertannak, keberadaan ulat di pohon juga ditemukan di Desa Sidomulyo, Kecamatan Jakenan. Namun, populasinya tidak sebanyak yang ada di daerah lain. Pemusnahan Telur Sementara itu, Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kudus saat ini sedang berkosentrasi pada pemusnahan telur-telur ulat. Ulat bulu saat ini menyerang beberapa pohon mangga di Desa Jati Kulon, Kecamatan Jati, Desa Hadiwarno dan Desa Gulang, Kecamatan Mejobo, Kudus. Kepala Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, Budi Santoso mengatakan, perkembangbiakan ulat bulu dikhawatirkan bisa merambah ke daerah lain. Kondisi ini bisa membuat masyarakat semakin panik, karena menyebabkan gatal-gatal. "Saat ini yang perlu diatasi, telurnya agar tidak berkembangbiak lagi, "katanya Senin (11/4). Penggunaan pestisida sebenarnya cukup untuk mematikan ulat dan telurnya. Hanya saja yang menjadi kendala, menurut Budi, lokasi penempatan telur yang sulit dicari, karena terpisah dari lokasi pohon mangga sebagai daerah serangannya. Hal ini cukup menyulitkan petani atau petugas yang mengendalikan. Perkembangbiakan telur ulat ini dalam sekali bertelur sekitar 60 butir. Sedangkan dalam sekali siklus hidupnya, ulat ini mampu bertelur hingga empat kali. Jadi perkembangbiakan satu ulat bisa mencapai sekitar 240 ulat baru. "Perkembangbiakn ulat sebesar itu sangat mungkin, karena kelembaban tinggi seperti ini sangat mendukung, "beber Budi. Pengendalian ulat bulu ini telah dilakukan dengan pengendalian oleh dinasnya di Desa Jati Kulon. Sedangkan di Desa Hadiwarno dan Desa Gulang pengendalian dilakukan sendiri oleh petani dengan bantuan pestisida. Bantuan pestisida untuk pengendalian ulat bulu digelontorkan laboraturium pengendalian hama Pati sebanyak 10 liter, dan bantuan dari kabupaten empat liter. Bantuan itu masih cukup untuk mengantisipasi serangan ulat bulu yang mungkin terjadi kembali. "Kalau masih ada, diharapkan petani maupun masyarakat mengendalikan sampai ke telur-telurnya, "tuturnya. (Sumber Gambar : news.okezone.com)