Sejarah Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei
Politik ini jelas terlihat pada gambaran berikut:
- Pengajaran sangat kurang, bahkan setelah menjajah selama 250 tahun tepatnya pada 1850 Belanda mulai memberikan anggaran untuk anak-anak Indonesia, itupun sangat kecil.
- Pendidikan yang disediakan tidak banyak, bahkan pengajaran tersebut hanya ditujukan untuk menciptakan tenaga yang bisa baca tulis dan untuk keperluan perusahaan saja.
Keadaan yang sangat buruk ini
membuat dr. Wahidin Soedirohoesodo yang mula-mula berjuang melalui surat
kabar Retnodhumilah, menyerukan pada golongan priyayi Bumiputera untuk
membentuk dana pendidikan. Namun usaha tersebut belum membuahkan hasil,
sehingga dr. Wahidin Soedirohoesodo harus terjung ke lapangan dengan
berceramah langsung.
Berdirinya Boedi Oetomo
Dengan R. Soetomo sebagai motor,
timbul niat di kalangan pelajar STOVIA di Jakarta untuk mendirikan
perhimpunan di kalangan para pelajar guna menambah pesatnya usaha
mengejar ketertinggalan bangsa.
Langkah pertama yang dilakukan
Soetomo dan beberapa temannya ialah mengirimkan surat-surat untuk
mencari hubungan dengan murid-murid di kota-kota lain di luar Jakarta,
misalnya: Bogor, Bandung, Semarang, Yogyakarta, dan Magelang.
Pada hari Sabtu tanggal 20 Mei
1908 pukul 9 pagi, Soetomo dan kawan-kawannya: M. Soeradji, M. Muhammad
saleh, M. Soewarno, M. Goenawan, Soewarno, R.M. Goembrek, dan R. Angka
berkumpul dalam ruang kuliah anatomi. Setelah segala sesuatunya
dibicarakan masak-masak, mereka sepakat memilih “Boedi Oetomo” menjadi
nama perkumpulan yang baru saja mereka resmikan berdirinya.
“Boedi”
artinya perangai atau tabiat sedangkan “Oetomo” berarti baik atau
luhur. Boedi Oetomo yang dimaksud oleh pendirinya adalah perkumpulan
yang akan mencapai sesuatu berdasarkan atas keluhuran budi, kebaikan
perangai atau tabiat, kemahirannya.
Kongres Pertama Boedi Oetomo (3 Oktober – 5 Oktober 1908)
Kongres ini diadakan di Kweekschool atau Sekolah Guru Atas Yogyakarta (Sekarang SMA 11 Yogyakarta) dengan pembicara:
1. R. Soetomo (STOVIA Weltevreden)
2. R. Saroso (Kweekschool Yogyakarta)
3. R. Kamargo (Hoofd der School Magelang)
4. Dr. MM. Mangoenhoesodo (Surakarta)
5. M. Goenawan Mangoenkoesoemo
Setelah berlangsung selama tiga
hari, kongres yang dipimpin oleh dr. Wahidin Soedirohoesodo mengesahkan
Anggaran Dasar Boedi Oetomo yang pada pokoknya menetapkan tujuan
perhimpunan sebagai berikut:
Kemajuan yang selaras (harmonis)
buat negara dan bangsa, terutama dengan memajukan pengajaran,
pertanian, peternakan dan dagang, teknik dan industri, kebudayaan
(kesenian dan ilmu pengetahuan).
Beberapa prestasi yang diraih
oleh Boedi Oetomo diantaranya: penerbitan majalah “Guru Desa”, perubahan
pelajaraan Bahasa Belanda di Sekolah Dasar yang semula hanya diajarkan
di kelas tiga ke atas berubah menjadi mulai kelas satu, serta mendirikan
surat kabar resmi Boedi Oetomo berbahasa Belanda, Melayu, dan Jawa.
Boedi Oetomo telah memberikan
teladan dengan berdiri di barisan terdepan membawa panji-panji
kesadaran, menggugah semangat persatuan, adalah suatu kenyataan yang
tidak boleh dikesampingkan.
Komentar (0)
Tuliskan Komentar Anda