250 Warga Godo Terisolasi

Untuk keluar kampung warga memutar arah melalui Dukuh Tegalbale, Desa Gunungpanti, Kecamatan Winong. Selain itu, mereka juga bisa melewati jalan tembus Desa Gunungpanti dan Pohgading menuju Kecamatan Tambakromo.
Jalan alternatif terakhir jaraknya lebih jauh dibanding yang pertama. Tetapi sebagian besar ruas menuju Tambakromo lebih memadai karena sebagian besar beraspal.

Warga lainnya, Su'udi SPd mengemukakan, perekonomian penduduk Selowire mengandalkan pertanian jagung. Karenanya akses jalan menjadi penting untuk mengangkut hasil panen.
"Bisa dikatakan 97 persen warga sini menanam jagung. Hasilnya lumayan bisa memenuhi kebutuhan hidup. Tetapi tidak bisa lebih berkembang karena jalannya seperti itu," kata guru SDN Godo II itu.

Harus Berjuang

Dari sisi pendidikan, hampir sebagian besar generasi muda di sana bersekolah. Hanya saja, mereka yang tingkatnya di atas SD harus berjuang keras melewati jalan tidak beraspal untuk menuju sekolah yang terletak di pusat kecamatan.
Kampung yang berada di kawasan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Kuwawur tersebut hanya dilengkapi sebuah sekolah dasar, yakni SDN Godo II. Siswanya bukan hanya warga Selowire, tetapi juga dari kampung terdekat, Dukuh Selonatah, Desa Gunungpanti.

Sekretaris Desa Godo Suwito mengaku, seringkali mengusulkan pengaspalan jalan ke Pemkab Pati dan Pemprov Jateng. Hanya saja, sampai saat ini masih sebatas ditinjau, itu pun tidak sampai masuk ke Selowire.
"Katanya pengaspalan jalan terkendala dua jembatan. Kalau diaspal, sekaligus membangun dua jembatan yang nilainya mencapai Rp 1 miliar karena permukaannya cukup tinggi dari dasar sungai dan katanya pemkab tidak kuat menanggung dana sebesar itu," jelasnya.

Dua jembatan itu berada di atas Sungai Bembem dan Tiang yang berhulu di Pegunungan Kendeng Utara dan berhilir di Sungai Juwana turut Desa Banjarsari, Kecamatan Gabus. Fondasi jembatan terbuat dari beton dan jalan di atasnya berupa balok jati.

"Kami berharap akses ke Selowire ini segera tersentuh pembangunan karena menyimpan sejarah. Kampung itu dulunya markas gerilyawan pejuang kemerdekaan di masa agresi militer Belanda II," harapnya.

Komentar (0)
Tuliskan Komentar Anda