Demokrasi Sehat PSU Pati

PertaBetapa tidak, modal habis terserap dalam pilbup lalu yang membawa konsekuensi dua opsi, yaitu pertarungan berlangsung fair, tanpa manipulasi, dan bersih dari money politics, atau para kandidat mencari alternatif pinjaman modal guna mengejar kemenangan telak supaya tidak ada dua putaran. Logika yang dipakai, dua putaran akan membengkakkan biaya politik.

Ketiga; terwujudnya kepemimpinan baru. Dapat dipastikan sebuah pemilu akan melahirkan pemimpin baru sehingga kekosongan jabatan kepala daerah pun terisi. Dari titik itu, roda pemerintahan kembali normal dan pelayanan masyarakat dapat diberikan secara maksimal.

Nilai Minus

Namun pemungutan suara ulang tak bisa dimungkiri memiliki beberapa kekurangan yang bisa berekses negatif. Pertama; terbatasnya jumlah calon pemilih. Seperti yang umumnya terjadi, berjalannya proses pemilu tak lepas dari partisipasi masyarakat. Mereka objek sekaligus subjek, dan yang berhak menentukan pemimpinnya.

Terbatasnya jumlah pemilih karena ada kejenuhan politik. Setelah lama menanti dalam ketidakpastian, masyarakat yang bekerja di luar kota misalnya, kembali ke tempat kerja asal. Dampaknya, mereka enggan pulang sekadar untuk memilih karena faktor biaya atau alasan lainnya. Jika ini yang terjadi maka fenomena golput besar-besaran akan kembali terulang.

Kedua; rawan gugatan. Beberapa kalangan mengkhawatirkan munculnya gugatan, yang bisa saja datang dari masyarakat yang telah memiliki hak pilih, tapi bisa pula dari pasangan calon. Gugatan dari publik bisa muncul karena daftar pemilih tetap (DPT) yang digunakan adalah daftar lama. Jika terealisasi keputusan itu memiliki konsekuensi terhadap ribuan warga Pati. Bagi pemilih pemula yang telah berusia sekurang-kurangnya 17 tahun pada Mei 2012, maka mereka tidak memiliki hak pilih.

Adapun gugatan dari calon, biasanya terkait pelanggaran seperti jual beli suara, manipulasi kertas suara atau jumlah suara, dan sebagainya. Namun gugatan juga bisa dilakukan pasangan Mbah Roso-Sujoko yang tak mendapat kesempatan sosialisasi dan kampanye terbuka. Hal ini berbeda dari pasangan lain sehingga ada anggapan lebih dikenal publik.

Pemungutan suara ulang di Pati menyisakan kisah fenomenal. Pati akan mencatatkan sejarah yang berharga menuju kedewasaan berpolitik bila semua mau  memaknai secara cerdas. Pesta demokrasi itu sangat membutuhkan komitmen dari semua lapisan untuk menyukseskannya. (10)


— Didik Tri Atmaji, periset dari Indonesian Care, alumnus FISIP Universitas Wahid Hasyim (Unwahas) Semarang

gambar :http://www.merdeka.com

Komentar (0)
Tuliskan Komentar Anda