Potensi Ekonomi
POTENSI
Menurut Bank Dunia , Pengembangan Ekonomi Lokal adalah “proses dimana
pelaku pembangunan bekerja kolektif dengan mitra dari sektor publik, swasta dan non
pemerintah, untuk menciptakan kondisi pertumbuhan ekonomi yang lebih baik dan
kesempatan kerja. Melalui proses ini mereka membentuk dan memelihara suatu iklim
usaha yang dinamis, meningkatkan kemakmuran ekonomi dan kualitas hidup seluruh
warga. Ciri utama Pengembangan Ekonomi Lokal adalah titik beratnya pada kebijakan
”Pengembangan berbasis Lokal”, menggunakan ”potensi sumber daya manusia,
institusional dan sumber daya alam setempat untuk membentuk daya saing daerah.
Upaya ini difokuskan kepada menciptakan lapangan kerja baru dan merangsang
pertumbuhan kegiatan ekonomi.
Sejak Undang-undang Otonomi Daerah diberlakukan tahun 1999, pemerintah
daerah mempunyai tugas yang berat dalam meningkatkan pendapatan sebagai salah
satu sumber pembiayaan pembangunan daerah setempat. Satu-satunya cara untuk
menghidupkan perekonomian daerah adalah dengan mendorong investasi. Investasi
tidak dapat dilakukan tanpa melibatkan sektor swasta dan masyarakat luas, mengingat
keterbatasan pemerintah.Salah satu kendala bagi munculnya minat berinvestasi
adalah proses perijinan usaha yang terkesan berbelit dan tidak transparan. Hal ini
memberikan dasar pemikiran bagi pemerintah daerah untuk melakukan pembenahan
proses perijinan dalam bentuk kelembagaan baru yang dikenal dengan One Stop
Service (OSS). Investor membutuhkan layanan perizinan investasi dengan kepastian
biaya, waktu, dan persyaratan yang jelas. Beberapa jenis layanan dalam OSS adalah
Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), Surat Izin Usaha Industri (SIUI), Tanda Daftar
Perusahaan (TDP), tanda Daftar Gudang, Izin Gangguan dan Izin Tempat Usaha
(HO/ITU), Pajak Reklame, Izin Mendirikan Bangunan (IMB), Izin Penggunaan
Bangunan (IPB), dan Rencana Peta (Advice Planning).
Dengan diberlakukannya otonomi daerah, pemerintah daerah dituntut untuk lebih
mampu memberikan pelayanan yang lebih berkualitas, dalam arti lebih berorientasi
kepada aspirasi masyarakat, lebih efisien, efektif dan bertanggungjawab (accountable).
Dengan kata lain, pelaksanaan otonomi daerah adalah juga upaya untuk meningkatkan
kualitas pelayanan.
Dalam konteks era desentralisasi ini, pelayanan publik seharusnya menjadi lebih
responsif terhadap kepentingan publik. Paradigma pelayanan publik berkembang dari
pelayanan yang sifatnya sentralistik ke pelayanan yang memberikan fokus kepada
pengelolaan yang berorientasi kepuasan pelanggan (customer driven government)
dengan ciri-ciri :
a) lebih memfokuskan diri pada fungsi pengaturan melalui berbagai kebijakan
yang memfasilitasi berkembangnya kondisi kondusif bagi kegiatan
pelayanan kepada masyarakat
b) lebih memfokuskan diri pada pemberdayaan masyarakat sehingga
masyarakat mempunyai rasa memiliki yang tinggi terhadap fasilitas-fasilitas
pelayanan yang telah dibangun bersama
c) Menerapkan sistem kompetisi dalam hal penyediaan pelayanan publik
tertentu sehingga masyarakat memperoleh pelayanan yang berkualitas
d) Terfokus pada pencapaian visi, misi, tujuan dan sasaran yang berorientasi
pada hasil (outcomes) sessuai masukan yang digunakan.
e) Lebih mengutamakan apa yang diinginkan oleh masyarakat
f) Pada hal tertentu pemerintah juga berperan untuk memperoleh pendapat
dari masyarakat mengenai pelayanan yang dilaksanakan
g) Lebih mengutamakan desentralisasi dalam pelaksanaan pelayanan
h) Menerapkan Sistem pasar dalam memberikan pelayanan
Pengembangan Potensi Sektor – Sektor Ekonomi
A. Pertanian
Sub Sektor Tanaman Pangan dan Hortikultura
Kabupaten Pati memiliki luas wilayah 150.368 Ha yang terdiri dari 58.368 Ha
(38,80%) lahan sawah dan 92.020 Ha (61,20%) lahan non sawah. Dengan luasan
lahan sawah yang cukup besar, menunjukkan aktivitas pertanian di Kabupaten Pati
merupakan potensi yang harus tetap dipertahankan dan diupayakan untuk dapat
terus berkembang. Potensi pertanian tersebut meliputi tanaman pangan (padi &
palawija), tanaman perkebunan, tanaman hortikultura (buah-buahan dan sayur-
sayuran), serta peternakan dan perikanan. Dilihat dari pertumbuhan ekonomi,
berdasarkan PDRB atas dasar harga berlaku sektor pertanian memberikan
konstribusi sebesar 35,18%, sedangkan berdasarkan harga konstan sebesar
33,62%. Hal tersebut menunjukan bahwa sektor pertanian mempunyai potensi
paling besar diantara sektor-sektor yang lain.
Disamping itu, sektor pertanian di wilayah Kabupaten Pati juga mempunyai kaitan
dengan sektor industri, yaitu sebagai penyedia bahan baku. Dengan kondisi
tersebut, maka akan memberikan keuntungan bagi perkembangan ekonomi lokal.
Sektor Perikanan dan Kelautan
Sektor perikanan juga merupakan sektor yang berpotensi di Kabupaten Pati. Jenis
perikanan tersebut meliputi ikan laut, produksi budidaya tambak, kolam, waduk,
sungai, dan kolam campuran. Pada tahun 2007, produksi dari sektor perikanan
tersebut adalah sebagai berikut :
- Produksi ikan laut dari hasil tangkap mencapai 33.405.047 Kg;
- Produksi ikan budidaya tambak mencapai 16.769.311 Kg;
- Produksi ikan kolam lele sebesar 569.539 Kg;
- Produksi ikan waduk sebesar 22.600 Kg;
- Produksi ikan sungai sebesar 86.082 Kg;
- Produksi ikan kolam campur sebesar 52.364 Kg.
Berkembangnya sektor perikanan tersebut didukung dengan adanya 7 (tujuh) TPI
di Kabupaten Pati yang akan mempermudah dalam proses jual beli ikan hasil
tangkapan dari laut.
B. Industri
Sektor industri di wilayah Kabupaten Pati menjadi sektor yang mempengaruhi
perkembangan wilayah, karena keberadaan sektor tersebut cukup berpotensi. Hal
tersebut dapat dilihat pada distribusi sektor tersebut terhadap PDRB Kabupaten Pati
yang memberikan konstribusi sebesar 20,24% atas dasar harga konstan dan 18,17%
atas dasar harga berlaku.
Jenis kegiatan industri yang berkembang di Kabupaten Pati diantaranya
meliputi industri kuningan di Kecamatan Juwana, industri Tapioka di Kecamatan
Margoyoso dan Trangkil, Industri Batu Bata di Kecamatan Trangkil, Pabrik Gula (PG
Trangkil) di Kecamatan Trangkil, industri penambangan pasir di Kecamatan
Gunungwungkal dan industri makanan yang berskala nasional yaitu PT. Garuda Food
dan Dua Kelinci.
Berkembangnya sektor industri tersebut didukung oleh keberadaan bahan baku
yang berasal dari lokal maupun dari wilayah di luar Kabupaten Pati.
C. Pertambangan
Sektor pertambangan dan penggalian memberikan kontribusi terhadap PDRB
Kabupaten Pati yang tidak terlalu banyak, yaitu hanya 0,73% berdasarkan harga
berlaku dan 0,79% berdasarkan harga konstan. Kegiatan pertambangan dan
penggalian di Kabupaten Pati berupa pertambangan dan penggalian golongan C
dengan jenis tambang berupa pasir dan batu kapur. Untuk pertambangan dan
penggalian pasir berada di Kecamatan Gunungwungkal. Sedangkan kegiatan
penambangan dan penggalian batu kapur berada di Kecamatan Sukolilo.
Kegiatan pertambangan dan penggalian ini secara tidak langsung menimbulkan
dampak secara ekologis, dimana kegiatan ini apabila tidak dikontrol dan dikendalikan
akan merusak lingkungan. Dampak langsung yang dirasakan masyarakat di sekitar
area penambangan adalah terjadinya polusi udara dan polusi suara dari mesin-mesin
yang digunakan. Kegiatan penambangan ini harus diarahkan agar tidak merusak
ekologi lingkungan khususnya yang berdekatan dengan permukiman penduduk.
D. Kegiatan Agribisnis Yang Sudah Ada
Skala kegiatan agribisnis, bisa meliputi skala lokal, artinya hanya untuk
memenuhi kebutuhan daerah sekitarnya, skala regional maupun internasional yang
artinya kegiatan agribisnis ini bisa untuk mencukupi kebutuhan wilayah yang lebih luas.
Komoditas perkebunan dan perikanan, industri di Kabupaten Pati selain memiliki
skala lokal juga memiliki skala regional dan internasional. Beberapa komoditi yang
telah ditetapkan dapat dilihat pada tabe berikut ini.
NO | KOMODITAS |
SKALA |
JENIS USAHA HOME INDUSTRI ATAU INDUSTRI KECIL |
INDUSTRI MENENGAH ATAU BESAR |
1 |
Unggulan |
|||
Kacang Tanah |
Local Regional Nasional |
Kacang kulit Kacang asin Kacang atiom |
Kacang kulit Kacang asin Kacang atom |
|
Kapuk Randu |
Local Regional Nasional |
Kapuk Bersih kasur Lantai Kasur, kapok odol |
minyak kapuk |
|
2 |
Andalan |
|||
Kacang hijau |
local |
Bbakpia |
- |
|
Kacang rambat |
local |
Ceriping |
- |
|
Kelapa kopyor |
Local Regional |
Kelapa kopyor segar |
- |
|
3 |
Potensial |
|||
Padi |
Local Regional |
Beras |
Pengepakan beras Tepung beras |
|
Jagung |
Local |
|||
Tomat |
Local |
|||
Mangga |
Local |
|||
Ketela pohon |
Local |
Tepung tapioka |
Tepung tapioka |
|
Bandeng |
Local Regional |
Ikan pindang Bandeng Presto |
Ikan pindang |
|
Udang |
Local Regional |
Trasi Krupuk |
Trasi Krupuk |
|
Ikan Laut |
Local Regional |
Ikan asin Ikan pindang Ikan panggang |
Ikan beku Ikan pindang |
MASALAH
1. Konversi lahan pertanian
Perkembangan kawasan perkotaan kerap sekali dibarengi dengan perubahan
fungsi lahan pertanian menjadi lahan terbangun. Oleh karena itu, perkembangan kota
tersebut harus dilakukan secara efektif, pola perkembangan ekonomi harus
diperhitungkan dengan baik, karena perkembangan aktivitas ekonomi akan memacu
berkembangnya kegiatan lain. Seperti halnya di wilayah Kabupaten Pati, konversi
lahan pertanian menjadi lahan terbangun masih menjadi permasalahan yang perlu
diperhatikan.
2. Kerusakan Alam
A. Penggundulan Hutan
Pada Kabupaten Pati ini, terjadi penggundulan hutan secara besar-besaran. Hal ini
nampak pada gambar ini. Pegununganan yang dulu di penuhi dengan pohon jati
kini menjadi gundul, di karenakan adanya penebangan secara liar oleh masyarakat
setempat. Kayu-kayu jati tersebut digunakan untuk keperluan rumah tangga
ataupun dapat di jual. Dampak yang di timbulkan dari penebangan hutan secara
terus menerus ini, menjadikan pegunungan ini gundul sehingga jika musim
penghujan akan menimbulkan bencana yaitu longsor. Ini dikarenakan tidak adanya
pohon-pohon yang menjadi pengikat tanah di pegunungan tesebut.
B. Pemanfaatan kawasan lindung
Kabupaten Pati sebelah selatan berbatasan langsung dengan rangkaian
Pegunungan Kapur bagian utara pulau Jawa. Dikarenakan jumlahnya sangat
banyak pegunungan kapur pun mulai dijadikan tempat untuk mencari uang, dengan
cara menjadikan tempat tersebut menjadi tambang batu kapur maupun pasir. Hal
tersebut dilakukan oleh masyarakat setempat dengan cara bersama-sama dengan
cara mengikis permukaan pegunungan kapur tersebut yang menghasilkan
bongkahan batu-batu besar kemudian di hancurkan menjadi batu kecil-kecil. Batu-
batu tersebut kemudian di jual yang pada umumnya digunakan sebagai pondasi
pembangunan rumah ataupun bangunanyang lainnya.
C. Banjir
Banjir, wilayah yang sering terjadi banjir (berpotensi banjir), merupakan daerah
dataran rendah terutama pada daerah-daerah sekitar aliran sungai Juwana dan
sebagian kecil di Kecamatan Tayu. Menurut data dari Diskrimpras, daerah sekitar
Kecamatan Juwana seperti Kota Juwana, Gempol, Sampang, Glonggong, sekitar
Kecamatan Sukolilo, daerah Sani, sekitar Kecamatan Margorejo hampir setiap
tahun mengalami musibah banjir. Banjir di daerah ini merupakan kiriman dari
sungai-sungai yang berasal dari G. Muria maupun dari perbukitan yang berada di
selatan daerah pemetaan. Pada musim penghujan (November – Maret) Sungai-
sungai yang masuk ke Kecamatan Juwana sebagian besar airnya keruh (berwarna
coklat) dan banyak membawa lumpur maupun tanah sehingga sedimentasi di
mulut sungai menjadi besar yang pada akhirnya menyebabkan terjadinya banjir.
3. Korosi Air Tanah
Masalah korosi air tanah ini dapat terjadi karena adanya beberapa unsur kimia
yang terkandung dalam air tanah yang bersifat korosif terhadap bangunan. Di bagian
barat daya daerah pemetaan, di mana daerah ini merupakan daerah dataran aluvial
dengan sifat air tanahnya asin (payau). Dengan dijumpai adanya air tanah asin,
menunjukkan bahwa kandungan Cl dalam air tanah tinggi. Beberapa penelitian
mengenai masalah keairan di daerah pemetaan seperti Burhanul Arifin dkk. (1995)
dikutip dari Sugiyanto, dkk (1999), mengatakan bahwa air payau di daerah sekitar
Undaan mempunyai nilai daya hantar listrik 1500 mmhos/cm dengan kandungan Cl
dan Na tinggi. Sedangkan menurut M. Wahib, dkk (1985), bahwa di sekitar pantai utara
dari mulai Dukuhseti, Jetak, Ketitang Kulon, sampai Kaliori kandungan Cl mencapai >
1000 mg/l. Sehubungan dengan hal tersebut, maka untuk suatu perencanaan pondasi,
khususnya pondasi bangunan sedang hingga dalam yang dapat mencapai air asin
perlu memperhatikan faktor korosi tersebut. Oleh karena kandungan Cl ini dapat
merusak dinding pondasi dan bangunan beton maupun baja sehingga dapat
mengakibatkan rusaknya bangunan. (Sumber : Review RTRW Kab Pati,2007)
4. Abrasi
Abrasi atau kikisan pantai oleh hantaman gelombang laut terdapat di sekitar
daerah Dukuhseti, Tayu. Kerusakan pantai oleh abrasi ini terlihat dari terkikisnya
beberapa bengkok milik masyarakat setempat yang sekarang telah menjadi laut.
Begitu pula di daerah Dukuhseti, dermaga pelabuhan laut untuk nelayan dan beberapa
perumahan yang berdekatan dengan pantai terancam rusak oleh abrasi. Untuk
mengurangi hancurnya harta benda maupun kerusakan lebih jauh maka untuk daerah
yang abrasinya cukup kuat perlu ditanami pohon bakau atau dibangun jetty
RUANG LINGKUP PEKERJAAN
Ruang lingkup dalam pekerjaan Pemetaan Potensi Ekonomi Daerah Kabupaten
Pati meliputi kegiatan di bawah ini:
1. Survey pendahuluan untuk memperoleh gambaran umum rencana kegiatan;
2. Pengumpulan data yang meliputi data Fisik Alam (Meteorologi, Hidrologi,
Geologi), Penggunaan Lahan (Makro dan Mikro); Kependudukan (Demografi),
Sumber Daya Alam (pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan,
perikanan); dan Industri Pengolahan dan pertambangan
3. Menyajikan data tentang kondisi sarana dan prasarana, seperti: jalan, listrik, air
bersih, telekomunikasi, sarana pelabuhan pendaratan ikan, pelabuhan umum,
sarana pemeliharaan kapal (dock);
4. Identifikasi masalah dan alternatif pemecahan masalah yang berkaitan dengan
penanaman modal (investor);
5. Menyampaikan Rekomendasi peluang penanaman modal/investasi di
Kabupaten Pati.
ANALISIS SARANA DAN PRASARANA
1 Jaringan Jalan
Kondisi jaringan jalan di Kabupaten Pati dirinci menurut status jalan
berdasarkan jenis permukaan dan kondisi jalan. Pada tahun 2007, jenis permukaan
jalan aspal yang berstatus nasional sepanjang 35,710 Km dan jalan propinsi beraspal
sepanjang 107,970 Km, sedangkan jalan kabupaten yang beraspal sepanjang 656,061
Km dan kerikil sepanjang 86,414 Km.
Berdasarkan kondisi jalan di Kabupaten Pati pada tahun 2007, jalan nasional
yang dalam kondisi baik sepanjang 32,275 Km, dan kondisi sedang sepanjang 3,435
Km. Untuk jalan propinsi yang dalam kondisi baik sepanjang 64,190 Km, kondisi
sedang 43,580 Km, dan kondisi rusak sepanjang 0,200 Km. Sedangkan jalan
kabupaten yang dalam kondisi baik sepanjang 209.242 Km, kondisi sedang 353,296
Km, kondisi rusak 93.523 Km dan kondisi rusak berat sepanjang 86,414 Km. Untuk
lebih jelasnya mengenai panjang jalan berdasarkan status dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
No | Keadaan |
Status Jalan |
Jumlah |
||
1 |
Jalan Nasional
(km)
|
Jalan Provinsi (km) |
Jalan Kabupaten (km) |
||
Jenis Permukaan |
|||||
a. Aspal b. Kerikil c. Tanah d. Tidak Dirinci |
35,710 - - - |
107,970 - - - |
656,061 86,414 - - |
799,741 86,414 - - |
|
Jumlah |
35,710 |
107,970 |
742,475 |
886,155 |
|
2 |
Kondisi jalan |
||||
a. Baik b. Sedang c. Rusak d. Rusak Berat |
32,275 3,435 - - |
64,190 43,580 0,200 - |
209,242 353,296 93,523 86,414 |
305,707 400,311 93,723 86,414 |
|
Jumlah |
35,710 |
107,970 | 742,475 |
886,155 |