Menyingkap Keajaiban Memberi

Berdasarkan pada penelitian lebih dari 25 tahun oleh Institute for Research on Unlimited Love (IRUL), buku yang ditulis oleh Stephent Post dan Jill Neimark tersebut mengungkapkan penemuan-penemuan ilmiah terbaru yang menghubungkan tindakan memberi atau tingkah laku murah hati dengan kebahagiaan, kesehatan, dan umur panjang. Dengan kata lain, perbuatan memberi memiliki manfaat secara fisik maupun non-fisik bagi sang pemberi. Penelitian ilmiah secara mengejutkan, menyatakan bahwa jika seseorang sering memberi, maka tingkat kepuasan hidup, penghargaan diri, dan kesehatan fisik justru akan meningkat tajam. Yang lebih mengejutkan lagi adalah bahwa dengan memberi, justru akan sangat mendukung kesuksesan, kompetensi sosial, empati, dan emosi positif. Ketika seseorang itu memberi, ada kemungkinan bahwa hal itu akan mematikan respons melawan atau lari. Dengan memberi, seseorang menyingkirkan emosi-emosi negatif yang bergejolak, seperti rasa marah, dengki, dan iri hati, yang tentunya turut menjadi penyebab penyakit-penyakit psikis maupun fisik yang ditimbulkan oleh stres (hlm. 29). Terkait dengan pengertiannya, memberi memiliki banyak variasi. Perbuatan memberi atau juga bisa dikatakan dengan perilaku murah hati itu tidak hanya sekadar memberi sesuatu secara fisik. Sebagian dari variasi memberi itu adalah memaafkan, murah senyum, menolong, mendoakan orang lain, bahkan memberikan nasihat pun juga termasuk dalam kategori memberi di mana berbagai variasi tersebut memiliki kekuatan yang dahsyat dan luar biasa. Semua variasi tindakan memberi tersebut sebenarnya telah menyingkirkan emosi-emosi negatif dan memunculkan kebaikan. Bahkan orang lain akan mengatakan bahwa seseorang itu adalah orang baik karena ia suka memberi. Lebih dari itu, secara religi, memberi memang sangat dianjurkan. Agama manapun menganjurkan memberi atau murah hati sebagai sebuah etika dan perbuatan baik. Manfaat memberi sangat luar biasa. Manfaatnya terhadap pihak yang diberi adalah bahwa ia akan merasa tertolong dan dihargai. Orang bijak menganjurkan, “berilah makan kepada yang lapar, berilah tongkat kepada yang buta”. Jika orang yang lapar itu diberi makan, maka ia akan terhindar dari rasa kelaparan yang mungkin bisa saja mengakibatkan kematian. Sementara orang yang buta jika diberikan tongkat, tentunya ia akan bisa berjalan. Itulah manfaat memberi bagi pihak yang diberi. Sementara bagi pihak yang memberi, secara rasional ia akan mendapatkan rasa solidaritas dari pihak yang diberi. Dalam hal ini, memberi adalah menyelamatkan orang lain. Selain itu, tindakan memberi melindungi sang pemberi pada usia dan tahap apa pun dalam hidup mereka. Selebihnya, manfaat memberi bagi pihak yang melakukan telah diuraikan secara jelas dalam buku ini yang meliputi dimensi sosial (jasmani) maupun ruhani. Itulah memberi, sebuah kata yang sederhana akan tetapi memiliki kekuatan yang dahsyat. Jika sekilas melihat kata tersebut dalam kamus Webster, maka akan menunjukkan sebuah kolom definisi yang panjang –mulai dari “menghadiahkan”, “menawarkan”, hingga “menganugerahkan”, “membaktikan”, “memercayakan”, “memperkenankan”,  “menyerahkan”, dan “peduli” (hlm.37). Akhirnya, dengan membaca buku yang berjudul “Why Good Things Happen to Good People” tersebut, para pembaca diajak untuk menyelami kekuatan dan keajaiban dari tindakan memberi. Meskipun seseorang yang memberi itu akan kehilangan sesuatu yang diberi, sebenarnya ia akan mendapatkan sesuatu yang berharga yang merupakan buah dari hasil memberi tersebut. Dengan kata lain, jika kita kehilngan sesuatu karena memberi, kita akan menemukan sesuatu yang lain yang sebenarnya lebih berharga dari pada apa yang telah kita berikan tersebut.   *) Peresensi adalah pustakawan Kutubiy, Yogyakarta

Komentar (0)
Tuliskan Komentar Anda