Ombak Ancam Hutan Mangrove di Tluwuk
Sebagian besar lahan tersebut merupakan tanah timbul di sekitar hutan mangrove yang telah ada. Namun dalam setahun terakhir tanaman seluas 20 hektare tersebut terancam ombak.
60 Persen Koordinator Nasional Program Penghijauan OISCA M Prihartanto Nur Rahmat mengatakan, keberhasilan penanaman bakau (Rhizophora) dan api-api (Avicennia) di Pati diperkirakan lebih dari 60%. Hanya, perlu alat pemecah ombak (APO) agar keberhasilan tersebut tidak merosot.
"Kami evaluasi terus setiap tahunnya. Kalau memang di sini berhasil dalam satu periode (lima tahun-Red) maka akan kami teruskan. Tetapi kalau tidak, ya kami geser ke daerah lain," katanya yang mengevaluasi penanaman kedua jenis tanaman mangrove di Tluwuk.
OISCA yang merupakan LSM pelaksana program green belt pesisir dari lembaga donor Tokyo, Jepang sebelumnya juga menghijaukan 286 hektare kawasan pantai di Desa Bedono, Kecamatan Sayung, Demak.
"Setelah kerusakan hutan mangrove yang luar biasa pada 1980-an di Jawa karena pembukaan tambak besar-besaran untuk budidaya udang windu, kami mulai menghijaukan kembali. Pada periode ini (2009-2013) daerah yang kami hijaukan mulai Indramayu, Pekalongan, Demak, Jepara, Pati, Pamekasan, dan Sumenep," jelasnya.
Dari semua daerah itu, termasuk di Pati selain ancaman gelombang, kesadaran masyarakat tentang kelestarian alam yang masih rendah juga menjadi faktor penghambat penghijauan.
"Lihat saja di pantai ini, sampah masih banyak. Ini jelas menghambat pertumbuhan mangrove. Untuk itu perlu kesadaran bersama mulai dari hulu hingga hilir," tandasnya.www.suaramerdeka.com (H49-42)
60 Persen Koordinator Nasional Program Penghijauan OISCA M Prihartanto Nur Rahmat mengatakan, keberhasilan penanaman bakau (Rhizophora) dan api-api (Avicennia) di Pati diperkirakan lebih dari 60%. Hanya, perlu alat pemecah ombak (APO) agar keberhasilan tersebut tidak merosot.
"Kami evaluasi terus setiap tahunnya. Kalau memang di sini berhasil dalam satu periode (lima tahun-Red) maka akan kami teruskan. Tetapi kalau tidak, ya kami geser ke daerah lain," katanya yang mengevaluasi penanaman kedua jenis tanaman mangrove di Tluwuk.
OISCA yang merupakan LSM pelaksana program green belt pesisir dari lembaga donor Tokyo, Jepang sebelumnya juga menghijaukan 286 hektare kawasan pantai di Desa Bedono, Kecamatan Sayung, Demak.
"Setelah kerusakan hutan mangrove yang luar biasa pada 1980-an di Jawa karena pembukaan tambak besar-besaran untuk budidaya udang windu, kami mulai menghijaukan kembali. Pada periode ini (2009-2013) daerah yang kami hijaukan mulai Indramayu, Pekalongan, Demak, Jepara, Pati, Pamekasan, dan Sumenep," jelasnya.
Dari semua daerah itu, termasuk di Pati selain ancaman gelombang, kesadaran masyarakat tentang kelestarian alam yang masih rendah juga menjadi faktor penghambat penghijauan.
"Lihat saja di pantai ini, sampah masih banyak. Ini jelas menghambat pertumbuhan mangrove. Untuk itu perlu kesadaran bersama mulai dari hulu hingga hilir," tandasnya.www.suaramerdeka.com (H49-42)
Komentar (0)
Tuliskan Komentar Anda