Paradoks Lebaran

Itulah fenomena tahunan di negeri yang warganya terkenal suka belanja. Budaya ini sudah kesohor sampai ke luar negeri, termasuk di Tanah Suci. Para pedagang di Makkah dan MAdinah sudah hafal karakter jamaah haji asal Indonesia, sehingga mereka rela belajar dialog bahasa Indonesia demi bisa merayu ibu-ibu jamaah yang mereka panggil "Siti Rahmah". Julukan yang tidak membanggakan karena berarti "Ibu yang Pemurah (dalam belanja)". Puasa seharusnya mengubah pola konsumsi makan, dari tiga kali sehari menjadi dua kali. Prinsip efisiensi menyertai proses tazkiiyah (penyucian hati) untuk meraih derajat takwa sebagai tujuan puasa. Prinsip inilah yang sejatinya diusung oleh Nabi yang mulia. Ketika beliau menatakan "BErhentilah makan sebelum kenyang", itulah prinsip efisiensi hidup seorang muslin. Dengan asupan makanan sesedikit mungkin (sekedar menopang tulang punggunng dalam istilah beliau) dihasilkan amal yang sebanyak mungkin. Dalam kenyataan, ajaran beliau yang luhur itu lebih banyak dilanggar daripada ditaati. Kita lebiih banyak mengumbar nafsu makan, bahkan cenderung menjadi "abdul buthun" (hamba perut) dan kerap membuang-buang makanan. Singapura yang bukan negara muslim justru lebih pandai berhemat. Siapa yang tidak habis makan di restoran akan didenda empat dolar Singapura. Ketika Lebaran datang, pemandangan yang umum dimana-mana adalah makanan dan minuman yang berlimpah. Sisa-sisa makanan berserakan. Rumah sakit, poliklinik dan tempat praktik dokter penuh orang-orang yang mengeluh sakit perut. Keadaan ini tidak pernah terjadi pada masa Rasulullah SAW. Akibat pengamalan agama yang formalistik dan artifisial. Lebaran yang seharusnya menjadi puncak kemenangan dan kegembiraan orang-orang yang menyucikan hati berubah menjadi ajang peluapan dendam puasa. Tidak ada lagi pengendalian diri. Lebaran menjadi situasi yang paradoks. Karena itu tiap kali datang Lebaran menjadi momen untuk introspeksi. Silahturahmi tidak harus dengan jamuan makan. Tuan rumah cukup menyediakan dispenser. Hanya tamu yang ingin minum saja yang disuguhi. Suguhan pun tidak harus berupa jajanan, buah-buahan mungkin lebih menyehatkan. Selamat Berlebaran!

Komentar (0)
Tuliskan Komentar Anda