Menantang Pemuda Memberdayakan Masyarakat Pesisir
Tamatan perguruan tinggi dan SMA tersbut sebagian besar tidak menjadi nelayan petambak modern, lebih memilih menjadi buruh perusahaan swasta atau Pegawai Negeri Sipil (PNS). Yang menjadi nelayan-petambak kebanyakan tamat/tidak tamat SD 73,25% (olahan data monografi Kecamatan Muaragembong, 2008) Memulai Pemberdayaan Masyarakat. Masyarakat pesisir agak unik, mungkin karena kultur yang dinamis, akulturasi masyarakat yang heterogen, dan patron klien. Ada beberapa tahapan yang telah saya terapkan dalam memberdayakan masyarakat pesisir, antara lain, pertama kemampuan menjadikan diri kita untuk diterima dimasyarakat. Bila anda bukan warga asli daerah sasaran, berusaha semaksimal untuk diterima sebagai anggota warga mereka. Untuk mencapai hal tersebut perlu mendekatkan diri dan bersosialisasi. Menjalin hubungan kekeluargaan dan persahabatan adalah salah satu kuncinya. Hingga tingkat tertinggi menjadi bagian dari mereka misalnya menikahi warga setempat seperti saya. Kedua, memiliki muatan pengetahuan dan informasi yang dibutuhkan oleh masyarakt pesisir. Ketika masyarakat mengetahui anda adalah lulusan sarjana perikanan dan ditanya masalah seputar teknis produksi perikanan misalnya pengelolaan tambak, kita harus menjawab pertanyaan mereka. Jika kita tidak menjawab atau jawabannya salah, mungkin akan mengurangi pengakuan mereka terhadap status kita. ketiga Kemampuan aplikasi pengetahuan dalam tataran praktis dengan melakukan terobosan meningkatkan harapan hidup. Melakukan pembinaan dengan menyamopaikan informasi dan pengetahuan bersifat teori belum sepenuhnya diterima oleh mereka. Sedangkan kecenderungan masyarakat pesisir adalah mencontoh kegiatan yang sudah berhasil, jarang untuk melakukan terobosan/ uji coba. Saya melakukan kegiatan praktis langsung mengelola tambak, ikut enangkap ikan dan menjualnya. Keempat, kemampuan mengajak masyarakat untuk berkelompok. Dengan berkelompok diharapkan dapat mempermudah transformasi pengetahuan dan informasi serta dapat mempermudah kegiatan lainnya. Ini menghemat waktu, serta mengsiasasti akses modal usaha kelembagaan/ kelompok ke donatur. Kelima, kemampuan untuk melakukan pendampingan dan menjadikan diri sebagai konsultan gratis. Pendampingan sebagai tahapan terakhir yang tidak bersesudahan. Kita harus bisa melakukan pembinaan terus menerus. Memberi solusi ketika mereka mendapat masalah. Melakukan sesuatu yang bisa dikerjakan yang dibutuhkan oleh mereka. Karena manusia adalah makhluk yang saling membutuhkan dan saling membutuhkan dan saling mengisi, maka kita memposisikan diri untuk saling mengisi. Mengisi keterbatasan mereka dalam penguatan pengetahuan dan teknologi usaha kekinian. penguatan kelembagaan, managemen usaha yang baik, akses jaringan dan modal usaha. Sekarang apakah kita mau menerima tentangan sebagai praktisi pemberdayaan masyarakat pesisir?