Uang Tak dapat Membeli Kebahagiaan
Prof Easterlin berkomentar, "Artikel ini menyangkal klaim baru-baru ini bahwa ada hubungan positif jangka panjang antara kebahagiaan dan pendapatan, padahal dalam kenyataannya, hubungan tersebut nihil." Tahun 1974 ia menerbitkan sebuah makalah berjudul, "Apakah Pertumbuhan Ekonomi Memperbaiki Nasib Manusia? Sejumlah Bukti Empiris". Dalam makalah itu, ia mempertanyakan asumsi tentang hubungan antara kebahagiaan dan pendapatan. Hal tersebut menyajikan sebuah paradoks, yang kemudian dikenal sebagai Paradoks Easterlin. Ia menjelaskan, "Secara sederhana, paradoks kebahagiaan-pendapatan itu begini: pada suatu titik dalam suatu masa baik di antara dan di dalam negara-negara, kebahagiaan dan pendapatan berkorelasi positif. Namun, seiring berjalannya waktu, kebahagiaan tidak meningkat ketika pendapatan suatu negara meningkat." Oleh karena itu, sejumlah ekonom kemudian mengajukan bukti bahwa kebahagiaan dalam kenyataannya meningkat dari waktu ke waktu ketika pendapatan naik. Namun, bukti akademik berdasarkan studi terbarunya selama lima tahun, yang memantau negara-negara kaya dan miskin, termasuk negara-negara kapitalis dan bekas komunis, bertentangan dengan penelitian para ekonom itu. Kesimpulan Prof Easterlin itu muncul pada saat semakin banyak pemerintah yang menjadi kian peduli dengan "kebahagiaan nasional bruto" ketimbang "produk domestik bruto" semata. Penelitiannya itu dipublikasikan minggu ini di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences.