Ayo Pemuda!
Seloroh Bung Karno
Perihal pemuda, layaknya kita kembali mengingat ucapan Bung Karno. Bapak bangsa itu pernah sekali berseloroh, “Beri aku sepuluh pemuda yang memiliki rasa cinta terhadap tanah airnya, aku akan mengguncang dunia!”
Pesan Bung Karno ini sedikit banyak bisa dipahami bahwa beliau yakin
dan berani menentukan bahwa pemuda adalah lapisan masyarakat di mana
masa depan bangsa ada di pundaknya.
Kalimat itu terdengar begitu berwibawa dan penuh optimisme. Artinya,
bapak bangsa kita telah menanamkan sejak awal pada generasi muda bahwa
rasa optimis itu adalah suatu yang penting dalam hidup untuk dimiliki.
Optimisme itu dibutuhkan untuk berani menentukan masa depannya sendiri.
Kemudian optimisme pemuda itu di padu dengan tingginya rasa bangga
memiliki Indonesia. Optimisme yang dikobarkan oleh kebanggaan memiliki
bangsanya, kemudian telah termanifestasi dalam sebuah kata, “Merdeka!”
Kembali ke sumpah pemuda, mengutip pernyataan Anies Baswedan, yang
paling penting dari kesepakatan yang tertuang di pertemuan itu adalah
yang ketiga, “Kami putra putri Indonesia menjunjung tinggi bahasa persatuan bahasa Indonesia”. Itulah bagian paling sulit dalam salah sekuen sejarah bangsa yang sangat terkenal itu.
Lompatan Jauh
Pemuda saat itu telah membuat sebuah lompatan
yang jauh melampaui zamannya. Pemuda-pemuda saat itu mampu bermimpi
tentang masa depan bangsa ini. Dengan mimpi itu, mereka telah bisa
merumuskan sebuah alat pemersatu bangsa, yakni Bahasa Indonesia. Akan
tetapi, apa mereka dianggap pahlawan ketika pulang ke daerahnya? Tidak.
Mereka dianggap sebagai penghianat leluhur yang tak punya penghargaan
pada budaya lokal. Mereka dituduh menganggap rendah budaya suku
masing-masing. Mereka tidak mendapatkan apresiasi yang sepatutnya,
bahkan kebalikannya.
Akan tetapi, optimisme mereka membuahkan hasil. Lompatan yang mereka
buat ternyata sampai juga pada relaitas yang diimpikan. Proklamasi
kemerdekaan menggema pada 17 Agustus 1945 dengan menggunakan Bahasa
Indonesia. Kemudian, Ketika UUD 45 disahkan, di dalamnya memuat
pernyataan bahwa bahasa resmi Indonesia adalah bahasa Indonesia. Bagi
yang menolak menggunakan bahasa Indonesia, they were nobody, karena saat itu ide-ide untuk bangsa ini harus bisa diekspresikan dengan bahasa Indonesia.
Pengalaman optimisme pemuda-pemuda itu sudah seharusnya kita renungkan.
Mereka telah bisa membaca masa depan dan meletakkan pondasi persatuan
bangsa ini. Bahasa Indonesia, di masa itu, telah bisa mereka baca
sebagai alat pemersatu bangsa.
Ketika pemuda itu membaca bahwa perlu hadirnya alat pemersatu, maka
dalam waktu yang sama mereka memahami apa itu pluralisme atau
keberagaman, atau kebhinekaan. Bangsa Indonesia diciptakan dalam
keadaan, bukan saja beragam, tetapi sangat beragam. Indonesia dihuni
lebih dari 500 suku dan etnis yang berbeda. Mereka pun punya bahasa dan
budaya masing-masing. Inilah kekayaan bangsa ini. Akan tetapi,
hyperpluralitas ini kalau tidak sikapi dengan cermat, bukan menjadi
kekakayaan bangsa, tetapi akan menjadi batu sandungan bagi kejayaan
bangsa ini.
Perihal Kebihinekaan
Melihat geografi Indonesia yang luas serta kebhinekaan yang begitu
kuat, maka kompleksitas masalah yang dihadapi bangsa ini adalah
keniscayaan. Sangat menyedihkan kalau melihat sesama orang Indonesia
ribut memperdebatkan keunggulan masing-masing. Yang di bagian barat
seakan mengucilkan yang di timur. Yang di timur pun tak mau kalah.
Kalau terus diremehkan, mereka akan hengkang dari bumi pertiwi.
Siapapun, yang memiliki perasaan terhadap bangsa ini, akan miris
mendengarnya. Kebhinekaan yang selama ini diagungkan dan
didengung-dengungkan oleh pendiri bangsa lewat ungkapan “Bhineka
Tunggal Ika”, ternyata, tak hanya di sepelekan saja, tetapi juga
dinodai dengan perilaku separatisme, premanisme, dan sebagainya.
Kebhinekaan telah menjadi jati diri bangsa ini. Biarlah yang berbeda
memegang teguh karaker masing-masing, tetapi perlu diingat bahwa kita
semua adalah sama-sama generasi penerus bangsa ini. Sebuah pepatah
mengatakan bahwa untuk mengadu dua hal yang berbeda, maka cari
perbedaannya dan dengungkan itu keras-keras. Maka perpecahan pun
tinggal menunggu waktu. Namun, bila ingin meyatukannya, tonjolkan
kesamaan yang dimiliki keduanya dan pupuk itu, maka tercipta
keharmonisan yang berkelanjutan.
Saatnya Pemuda
Ini adalah waktunya pemuda unjuk diri. Pemuda adalah satu lapisan
sosial yang punya masa depan panjang. Pemuda adalah generasi yang
memiliki imajinansi yang kuat untuk memimpikan masa depannya. Maka,
bagaimana mewujudkan mimpi itu adalah sebuah hal yang penting untuk
digali. Pemuda hanya bisa menawarkan masa depan, dan ketika masa depan
itu diuji, maka upaya untuk mewujudkannya harus semakin giat.
Bangsa ini membutuhkan pemuda-pemuda yang bangga terhadap tanah airnya.
Tak bisa bangsa ini terus mengharap lagi pada yang tua. Masa kejayaan
bangsa ada di pundak pemuda. Sumpah pemuda telah menunjukkan upaya
terbaiknya demi bangsa ini dimasanya. Kini adalah masa kita, hai
pemuda! Bangsa ini tak butuh rengek-kan
pemuda yang terus menebar pesimisme. Bangsa ini butuh optimisme pemuda
untuk terus berdinamika dan berdialektika dengan perubahan zaman. Ayo
pemuda!
Jazz Muhammad Jakarta