Air PDAM Macet, Warga Ngangsu

"Untuk mendapatkan air itu warga harus antri setiap pagi di masjid dengan warga yang lain. Kalau terlambat sedikit saja, airnya sudah habis dan tidak mendapatkan pasokan air," ujar Wati.

Jika kehabisan pasokan air itu, katanya, warga terpaksa mengambil air di jombangan atau empang. Air yang berasal dari empang itu kurang layak untuk di konsumsi oleh warga sekitar.

Sebab, lanjutnya, airnya terlihat berwarna hijau kecoklatan. Warna air itu dimungkinkan disebabkan banyak lumut yang berada di sekitar empang, tetapi warga tidak mempunyai pilihan lagi.

Kondisi yang sama juga diungkapkan Hasan, salah satu warga setempat. Dia mengaku terpaksa bangun sekitar pukul 04.00 WIB untuk mendapatkan air, air yang didapatkan di masjid ini dirasakan tidak mencukupi kebutuhan keluarganya.

"Warga sudah melaporkan kejadian ini, tetapi tidak mendapatkan jawaban yang cukup memuaskan. Setiap hari warga diminta mengangsu air, tetapi setiap bulannya masih dikenakan biaya," terangnya.

Sementara itu, Bupati Pati mengaku, tidak mengetahui kondisi kekeringan yang terjadi di Kecamatan Batangan. Pasalnya, PDAM dan instansi yang membawahi itu tidak memberikan laporan kepadanya.

"Nanti saya akan cek kebenarannya, selama ini tidak ada laporan yang masuk kepada saya. Kalau memang terjadi, nanti akan dikoordinasikan cara penanggulangannya," tandas H Tasiman. (ris)

Komentar (0)
Tuliskan Komentar Anda