Gadget, Perlu untuk Anak-anak
Bunda mencontohkan, seorang anak laki-laki berumur 8 tahun yang ditemuinya, dengan polosnya mengaku pernah mengakses situs porno hanya dengan mengetik kata kunci pada laman pencarian. "Kata kunci itu sengaja disamarkan dari unsur seksual," jelasnya. Miris, "bahkan anak tersebut mampu mempersepsikan secara jelas visual sebuah kegiatan seksual," ungkapnya menggebu. Sebuah riset yang pernah dilakukan, dijelaskan, menonton pornografi, ternyata lebih berbahaya dibandingkan efek mengonsumsi narkoba. Dimana kecanduan menonton pornografi mampu merusak lima bagian penting pada otak. Lalu, apa yang sebaiknya dilakukan orang tua? Apakah bijaksana jika orang tua lalu membatasi atau bahkan melarang penggunaan gadget bagi anak-anaknya?, dan sudah benarkah, jika orang tua membebaskan anak untuk mengeksplorasi gadget tanpa pengawasan? Jamak, orang tua yang justru merasa biasa-biasa saja dan sama sekali tidak berminat untuk bergabung mendampingi anak-anak mereka yang mulai jauh memasuki dunia internet. "Ah, biar saja orang tuanya kuno, yang penting anaknya gaul," demikian pernyataan kebanyakan dari orang tua yang melihat anak-anaknya makin mencandu internet. "Ini justru sebuah kesalahan terbesar dari orang tua yang mendidik anak di era digital, yang memilih tetap berpikiran kuno, ketinggalan jaman," ungkap bunda. Dan jawaban paling bijaknya adalah tidak menjauhkan gadget itu dari anak-anak, namun bersedia mendampingi mereka saat bersentuhan dengan gadget. "Orang tua yang menyadari anak-anaknya mulai melek teknologi harus turut pula mengikuti arus perkembangan teknologi," imbuhnya. Bahkan, orang tua perlu terlibat saat memilihkan gadget untuk anak-anak mereka. "Masukan dari orang tua untuk anak-anak saat memilih gadget adalah penting. Apa efeknya untuk mereka. Jika perlu saat memilihkan CD game, pilihkan tema yang edukatif, dan jika perlu ikutlah bermain bersama anak-anak," jelas bunda. Perlu juga digarisbawahi adalah pentingnya dibuat kesepakatan antara orangtua dan anak atas penggunan gadget. "Ada Mou setelah gadget dibeli, dan rekomitmen bersama setelah gadget dipergunakan," ungkap bunda bijak. Bunda menganalogikan seperti pertanyaan 5W+ 1H. Apa yang disepakati bersama, kapan kesepakatan itu dimulai, dimana saja gadget akan digunakan, siapa saja yang menggunakan, dan bagaimana jika kesepakatan itu dilanggar. Jangan ragu memberikan reward (hadiah) jika anak-anak bersedia mengikuti aturan main. Namun jika ternyata terbukti melanggar, "berikan punishment {hukuman} yang sifatnya membatasi kesenangannya," jelas bunda. "Hentikan segera akses menggunakan gagdet jika ternyata prestasi di sekolahnya merosot," imbuhnya memberi contoh. (maya/CN19)