Bersaing Di Era CAFTA, Produksi Domestik Harus Bernilai Tambah
Demikian ungkap Tung Desem Waringin, Pembicara terbaik dan Pelatih Sukses nomor 1 di Indonesia versi Majalah Marketing, saat menjadi nara sumber berthema Life Revolution yang digelar Pabrik Kacang Dua Kelinci, di Hotel Pati, Minggu, 28 Februari 2010.
Tung Desem Waringin mengatakan, untuk menghadapi persaingan pasar bebas China – Asean itu, sebenarnya ada transfer nilai tambah. Tapi sebenarnya Indonesia harus menang dengan China, dalam persaingan pasar bebas dengan China, karena faktor jarak.
“Sebetulnya ada faktor jarak, yang dalam perdagangan bebas, yang tidak bisa sebetulnya China menang dari kita. Nah kalau kita di Pati, Pabriknya di Pati, nanamnya di Pati, yaaa mestinya harganya lebih murah di Pati tho. Tergantung bagaimana kita membuat produk itu bermutu. Jadi perdagangan bebas bukan untuk ditakuti, tapi memacu diri kita untuk lebih baik.”, jelas Tung Desem Waringin.
Dengan memiliki nilai tambah yang lebih baik, berpengetahuan lebih bagus dan mau belajar segala hal, serta memberikan pelayanan yang lebih baik, Tung Desem Waringin optimis, Indonesia akan tetap berjaya, menghadapi era perdagangan bebas China Asean.
“Kembali lagi, kita tidak akan pernah dapat menuntut Pemerintah, tidak kan pernah bisa mewajibkan Pemerintah, tapi kita harus memulai dari kita sendiri. Sikap yang salah jika kita menyalahkan orang lain. Ketika kita menyalahkan orang, jika kita tidak waspada dengan bercermin diri, berarti anda tidak meningkatkan diri. Sehingga kita punya harapan dari Pemerintah, tapi kita harus mulai dari kita sendiri untuk menyumbangkan.”, jelas Tung Desem Waringin.
Tung Desem Waringin menegaskan, apapun yang terjadi dalam CAFTA ini, harus dihadapi dengan prangka baik (positif thingking). Tung juga menyarankan, semua elemen bangsa Indonesia, harus meningkatkan diri, bukan sekedar mengkritik saja. Setidaknya harus mau belajar dari orang yang memiliki kelebihan, dan lebih baik dari kita.(*)
Tung Desem Waringin mengatakan, untuk menghadapi persaingan pasar bebas China – Asean itu, sebenarnya ada transfer nilai tambah. Tapi sebenarnya Indonesia harus menang dengan China, dalam persaingan pasar bebas dengan China, karena faktor jarak.
“Sebetulnya ada faktor jarak, yang dalam perdagangan bebas, yang tidak bisa sebetulnya China menang dari kita. Nah kalau kita di Pati, Pabriknya di Pati, nanamnya di Pati, yaaa mestinya harganya lebih murah di Pati tho. Tergantung bagaimana kita membuat produk itu bermutu. Jadi perdagangan bebas bukan untuk ditakuti, tapi memacu diri kita untuk lebih baik.”, jelas Tung Desem Waringin.
Dengan memiliki nilai tambah yang lebih baik, berpengetahuan lebih bagus dan mau belajar segala hal, serta memberikan pelayanan yang lebih baik, Tung Desem Waringin optimis, Indonesia akan tetap berjaya, menghadapi era perdagangan bebas China Asean.
“Kembali lagi, kita tidak akan pernah dapat menuntut Pemerintah, tidak kan pernah bisa mewajibkan Pemerintah, tapi kita harus memulai dari kita sendiri. Sikap yang salah jika kita menyalahkan orang lain. Ketika kita menyalahkan orang, jika kita tidak waspada dengan bercermin diri, berarti anda tidak meningkatkan diri. Sehingga kita punya harapan dari Pemerintah, tapi kita harus mulai dari kita sendiri untuk menyumbangkan.”, jelas Tung Desem Waringin.
Tung Desem Waringin menegaskan, apapun yang terjadi dalam CAFTA ini, harus dihadapi dengan prangka baik (positif thingking). Tung juga menyarankan, semua elemen bangsa Indonesia, harus meningkatkan diri, bukan sekedar mengkritik saja. Setidaknya harus mau belajar dari orang yang memiliki kelebihan, dan lebih baik dari kita.(*)
Komentar (0)
Tuliskan Komentar Anda