Refleksi Hari Bumi, 22 April 2010 : Bersahabat dengan Bumi

Ramah Lingkungan

Bersahabat dengan bumi dapat dipraktikkan dengan berlaku ramah terhadap lingkungan. Perlakuan ramah ini dapat diwujudkan dengan tidak menimbulkan efek negatif terhadap lingkungan. Tidak merusak lingkungan, dalam bentuk sekecil apapun. Termasuk tidak memetik dedaunan/bunga di taman. Karena tanaman yang ada di taman juga berfungsi untuk menetralisasi lingkungan. Jangan anggap karena hanya serumpun tanaman, bisa dikatakan tidak perlu. Sungguhpun hanya serumpun tanaman, tetapi kalau setiap orang berkelakuan negatif terhadap setiap tanaman yang ada, maka tidak akan ada taman yang indah.

Ramah lingkungan yang lain adalah dengan membuang sampah pada tempatnya. Sungguhpun sampah itu sedikit, tetapi jika dikumpulkan dari setiap rumah tangga, maka akan menjadi banyak. Hitung saja jika setiap rumah tangga membuang limbah sampah (padat) seberat 2 kg per hari. Lalu dikalikan dengan jumlah rumah tangga yang ada di satu dusun/RT, misalnya berjumlah 300 rumah tangga, maka sampah (padat) yang terkumpul menjadi 600 kg. Lalu jika jumlah penduduk dikalikan lagi dengan jumlah desa/kelurahan, atau bahkan kecamatan dan kabupaten/kota, maka kuantitas sampah tersebut semakin banyak. Begitu juga dikalikan dengan seminggu, sebulan, dan setahun.

Karenanya, sikap ramah lingkungan dengan membuang sampah pada tempatnya akan memberikan dampak positif bagi masyarakat. Hal inilah yang diperlukan oleh setiap orang. Semua orang/rumah tangga harus mengurusi sampahnya sendiri dengan baik. Jangan dibuang secara sembarangan. Hal inilah yang paling sederhana untuk dilakukan. Dan bisa dengan mudah sebenarnya dilakukan. Tetapi jika tidak mempunyai keinginan untuk memperbaiki lingkungan, maka tidak akan menjadi hal yang positif.

Ramah lingkungan ini bisa diwujudkan dalam bentuk lainnya; yaitu membiarkan alam sekitar berjalan apa adanya tanpa intervensi negatif. Hal ini sungguhpun sukar, tetapi bisa dilakukan secara pribadi-pribadi. Biarkan sungai yang ada mengalir sebagaimana adanya. Jangan cemari dengan limbah padat dan cair, ataupun memasukkan benda apapun ke dalamnya.

Penghijauan yang Berkelanjutan

Penghijauan yang berkelanjutan juga merupakan bagian dari sikap bersahabat dengan bumi. Sebab, penghijauan diyakini dapat memberikan efek positif bagi lingkungan. Penghijauan sebagaimana yang dicanangkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan Gerakan Menanam Sejuta Pohon perlu mendapatkan respon positif. Kalaupun hal itu dirasakan terlalu berat dan tidak bisa dilakukan setiap orang, maka ambillah peran dari bagian yang besar itu. Ambil peran yang kecil tapi berguna.

Praktiknya, setiap orang bisa saja menanam sebatang pohon di lingkungan sekitarnya. Bisa di pekarangan, halaman kantor, halaman sekolah, taman, sepanjang tepi jalan raya, ataupun tempat lainnya. Hal ini perlu digalakkan, perlu dilakukan secara massal. Sebab, dengan penanaman secara massal akan memberikan nilai yang berguna untuk netralisasi pencemaran udara yang terjadi selama ini.

Penghijauan yang dilakukan di manapun sangat membantu untuk menetralisasi kondisi udara yang telah tercemar oleh gas emisi karbon. Selama ini, gas emisi karbon yang dikeluarkan oleh kendaraan bermotor maupun dunia industri sangat berat mendera kondisi lingkungan yang bersih. Belum lagi dengan limbah gas (kimiawi) yang berdampak negatif secara langsung terhadap keberadaan ozon (O3) di atas permukaan bumi. Apalagi selama ini dikabarkan kondisi ozon yang semakin menipis membuat kondisi lingkungan menjadi sangat buruk. Berbagai bencana alam yang menimpa seperti banjir, tanah longsor, hujan badai, angin topan, perubahan iklim yang ekstrim, serta faktor cuaca lainnya merupakan dampak langsung dari ketidakseimbangan kondisi lingkungan.

Untuk penghijauan yang berkelanjutan dapat juga dilakukan melalui pendidikan lingkungan hidup di sekolah. Setiap siswa harus mendapatkan penyadaran bahwa menjaga kelestarian lingkungan merupakan suatu keharusan universal. Sesuatu yang tidak bisa ditawar-tawar lagi untuk dipahami dan dilaksanakan. Bahkan sejatinya pula, generasi penerus yang masih menimba ilmu pengetahuan di sekolah itu mempunyai sikap positif untuk terus menjaga kelangsungan lingkungan.

Penutup

Kiranya momentum peringatan Hari Bumi 2010 ini, patut dilakukan dengan upaya yang strategis yang bisa membuat lingkungan ini bertahan. Ingatlah, bumi ini sebagai titipan yang harus diberikan kepada anak cucu di masa mendatang. Karenanyalah, kewajiban kita semua untuk membuat lingkungan itu bertahan. Semoga bisa!***

Penulis adalah PNS Pemkab Serdang Bedagai.

Komentar (0)
Tuliskan Komentar Anda