Penggunaan Pupuk Perlu Dievaluasi, Untuk Tingkatkan Produksi
“Oleh karena kebijakan kedepan dalam anggaran politik kami, untuk sektor pertanian mungkin penggunaan urea akan mulai kita kurangi, akan kita geser ke penggunaan pupuk-pupuk organik.”, ungkap Firman Subagyo.
Dengan penggunaan pupuk organik, untuk satu hektar arel tanaman bawang mampu menghasilkan 5 ton, atau 2 sampai 3 ton lebih banyak, ketimbang menggunakan pupuk an organik.
Sementara penggunaan pupuk an organik, penebusanya memang sempat bermasalah, sehingga polanya yang sekarang telah berubah dengan melibatkan petani menjadi agen-agen pupuk organik yang mulai banyak dipasaran. Seperti pupuk biodikompuser produksi PT. Vitafarm. Bahkan dengan sistem ini petani juga masuk dalam struktur anggaran PSO tahun 2010 di APBN Perubahan yang lalu.
“Dan sekarang sekarang ini sudah ada Rp. 300 Milyar untuk pupuk organik ini. Dan mudah-mudahan kalau hasilnya maksimal seperti ini, kami harus berani lagi melangkah kedepan untuk memperbesar anggaran itu, untuk dibagikan kepada masyarakat. Hanya penggunaannya harus ada pendampingan, dan para petani akan mengikuti pelatihan, sehingga betul-betul menggunakan sesuai ketentuan aturan . Jangan sampai petani berinovasi sendiri, karena ini padat kalau ada yang dikurangi pasti hasilnya tidak maksimal.”, terangnya.
Menanggapi keluhan Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Desa Sidoharjo, Kusnan soal maraknya serangan penyakit bawang merah, dan sulitnya mencari obat, Anggota Komisi IV DPR RI Firman Subagyo mengatakan, saat ini pemerintah telah memarkirkan dananya sebesar Rp.20 Triliyun di Bank, untuk kesejahteraan petani. Dana tersebut dapat digunakan petani, melalui Program Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP), sebesar Rp. 100juta setiap desanya.
Dengan penggunaan pupuk organik, untuk satu hektar arel tanaman bawang mampu menghasilkan 5 ton, atau 2 sampai 3 ton lebih banyak, ketimbang menggunakan pupuk an organik.
Sementara penggunaan pupuk an organik, penebusanya memang sempat bermasalah, sehingga polanya yang sekarang telah berubah dengan melibatkan petani menjadi agen-agen pupuk organik yang mulai banyak dipasaran. Seperti pupuk biodikompuser produksi PT. Vitafarm. Bahkan dengan sistem ini petani juga masuk dalam struktur anggaran PSO tahun 2010 di APBN Perubahan yang lalu.
“Dan sekarang sekarang ini sudah ada Rp. 300 Milyar untuk pupuk organik ini. Dan mudah-mudahan kalau hasilnya maksimal seperti ini, kami harus berani lagi melangkah kedepan untuk memperbesar anggaran itu, untuk dibagikan kepada masyarakat. Hanya penggunaannya harus ada pendampingan, dan para petani akan mengikuti pelatihan, sehingga betul-betul menggunakan sesuai ketentuan aturan . Jangan sampai petani berinovasi sendiri, karena ini padat kalau ada yang dikurangi pasti hasilnya tidak maksimal.”, terangnya.
Menanggapi keluhan Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Desa Sidoharjo, Kusnan soal maraknya serangan penyakit bawang merah, dan sulitnya mencari obat, Anggota Komisi IV DPR RI Firman Subagyo mengatakan, saat ini pemerintah telah memarkirkan dananya sebesar Rp.20 Triliyun di Bank, untuk kesejahteraan petani. Dana tersebut dapat digunakan petani, melalui Program Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP), sebesar Rp. 100juta setiap desanya.
Komentar (0)
Tuliskan Komentar Anda