Upaya Bukhari Melestarikan Batik Bakaran

"Itu pun bukan batik yang kuno, batik yang sudah mengalami modifikasi. Sehingga, pesanan harus menunggu dulu yang lebih lama daripada biasanya," ungkap suami Tini, kemarin. Pesanan tidak berhenti, lanjutnya, mulai sebelum lebaran tiba. Menjelang lebaran kemarin, dia mengaku, sudah tidak melayani pesanan mengingat keterbatasan tenaga yang dimiliki. Usaha yang dijalani ini, Bukhari mengaku saat ini telah memiliki sekitar 50 pekerja. Namun, tidak semua pekerjanya setiap hari yang full time bekerja untuk membatik di tempatnya. "Namanya orang hidup di desa ini mempunyai sosial yang tinggi, terkadang para pekerja ini ada yang saudara atau tetangganya yang punya kerja, pekerja tidak bisa membatik. Rata-rata setiap harinya ada separonya saja," paparnya. Rata-rata pembatik yang bekerja ditempatnya usianya memang bukan usia yang muda. Dia mengatakan, kesulitan mencari pembatik yang bisa bekerja secara full time untuk dapat melayani pesanan. Sehingga, jumlah pesanan dengan kapasitas produksinya dapat sama. Para pencinta batik tidak perlu lagi lama menunggu pesanan. Sementara ini, dia mengaku, tidak melayani pesanan batik bakaran yang kuno, karena memakan waktu yang lebih lama. Selain itu, batik bakaran kuno kurang begitu diminati mengingat harga batiknya sangat mahal dibandingkan dengan biasa. "Prosesnya yang lebih rumit menjadikan harganya lebih mahal," tandasnya. (*)

Komentar (0)
Tuliskan Komentar Anda