Internet dan Dampaknya bagi Komunikasi Berbahasa Indonesia

Adapun komunikasi dengan menggunakan komputer lazim disebut sebagai Komunikasi Media Komputer (Computer-Mediated Communication). Fasilitasnya jelas bermacam-macam. Selain Internet Relay Chat, dan surat elektronik, kini kita juga mengenal Instant Messenger, bahkan blog dan jaringan sosial semacam friendster, Multiply, facebook, Twitter, kini bisa digunakan sebagai sarana komunikasi.

Saya kira, kita bisa membagi dampak KMK ke dalam dua bagian. Pertama, dampaknya bagi perkembangan bahasa dan kedua dampaknya bagi struktur komunikasi bahasa Indonesia. Bagi bahasa Indonesia, internet (dan dengan demikian berkenaan juga dengan teknologi komputer dan dunia maya) memperkaya kosa kata. Berbagai istilah baru bermunculan. Istilah-istilah tersebut mayoritas berasal dari bahasa Inggris.

Dampak bagi perkembangan bahasa
Mengenai kosa kata ini, sesungguhnya pihak Pusat Bahasa sudah melakukan (kalau tidak bisa dibilang menetapkan karena faktanya beberapa pihak mungkin keberatan dengan pilihan pihak Pusat Bahasa) pemadanan terhadap sekian ratus kosa kata dunia komputer/internet ini (jumlah yang saya ingat beberapa waktu lalu mencapai angka tiga ratusan kosa kata). Maka beberapa dari kita akan merasa akrab dengan istilah, seperti unduh, unggah, tetikus, daring, dan sebagainya. Sayangnya (atau malah untungnya?), ada lebih banyak lagi yang tidak akrab dengan padanan-padanan itu. Kebanyakan merasa lebih nyaman menggunakan kata download, up-load, mouse, dan on-line.

Tidak butuh waktu lama untuk menghadirkan beragam istilah baru di dan sekitar dunia maya ini. Beberapa istilah baru bermunculan. Maka kita mengenal kata-kata berikut ini, misalnya, sebagai sesuatu yang lumrah, meskipun beberapa berasal dari nama penyedia layanan.

blog
blogger
blogging
chatting
FB/facebook
friendster
googling
IM/Instant messenger
post/posting
Twitter
Wiki/Wikipedia

Dalam komunikasi sehari-hari, istilah-istilah tersebut relatif sering muncul, terutama di kalangan para pengguna internet. Mark Liberman, misalnya, mencantumkan sebuah komik strip yang menggambarkan percakapan yang menggunakan istilah Wikipedia untuk mencari informasi mengenai sesuatu.

Istilah-istilah yang muncul belakangan ini tidak sekadar diperoleh dari kosa kata baru dari bahasa Inggris yang berkenaan dengan teknologi komputer dan internet, tetapi juga dari nama-nama penyedia layanan tertentu (jaringan sosial, mesin pencari, dan sebagainya). Oleh karena istilah-istilah tersebut umumnya berasal dari bahasa Inggris, fenomena yang merebak sudah tentu fenomena campur kode.

Selain itu, kita juga diperhadapkan pada fenomena penyingkatan kata. Semuanya untuk tujuan mempersingkat waktu. Maka kita pun mengenal singkatan-singkatan, seperti asl pls, km, i c, b4, ol, u, atau w/ untuk with dalam bahasa Inggris, dan sebagainya yang mungkin akan bertambah lagi. (Menarik juga melihat bahwa penyingkatan seperti itu dianggap sebagai sesuatu yang baru, sementara sekretaris Marcus Tullius Cicero, Tiros, sudah melakukan hal yang sama ketika menyingkat cum (with) menjadi c.

Dalam bahasa Inggris, fenomena ini tidak memunculkan perilaku campur kode. Malah muncul kekhawatiran akibat dampak perkembangan dunia maya ini. Sejumlah media sempat mengangkat hal ini dan mengemukakan bahwa komunikasi melalui media elektronik mulai memberi dampak negatif pada bahasa tulis. The Sun (24 April 2001) memandang fenomena bahasa yang dipengaruhi oleh perkembangan teknologi informasi ini merupakan awal dari kematian bahasa Inggris yang baik. Ulasan pada The Sun itu seolah dipertegas lagi dalam The Scotsman (4 Maret 2003), yang mengungkapkan betapa para guru saat itu mulai diperhadapkan pada esai yang tidak ditulis dalam bahasa Inggris standar, tetapi justru dalam bahasa pesan teks telepon selular yang minimalis dan ringkas.

Maka menarik juga mencermati adakah gejala serupa terjadi di Indonesia. Bagaimana murid-murid yang semakin akrab dengan Yahoo! Messenger, eBuddy, Nimbuzz, facebook, dan sebagainya itu berbahasa? Adakah ragam singkatan turut bermunculan dalam bahasa tulisan mereka? Bagaimana peran guru  dalam menghadapi fenomena seperti ini?

Akan tetapi, internet/komputer tidak hanya memperkaya kosa kata. Salah satu yang paling penting ialah internet memungkinkan banyak pihak untuk memperkaya wawasan dan pengetahuan kebahasaan (termasuk bidang ilmu lain). Internet membuka peluang untuk penelitian bahasa dalam ranah yang berbeda daripada biasanya.

Dampak bagi struktur komunikasi
Sampai awal 2000-an, Internet Relay Chat masih menjadi sarana komunikasi yang relatif populer. Setelah itu, Instant Messenger semacam Yahoo! Messenger menjadi salah satu yang relatif umum. Meskipun demikian, prinsip dasarnya tetap sama. Sehingga dampaknya bagi struktur komunikasi bahasa Indonesia (termasuk juga bahasa lainnya) secara umum tetap sama.

Black et al sebagaimana diungkapkan Lewis Hassel, menyebutkan bahwa setiap jenis media yang digunakan untuk berkomunikasi akan mempengaruhi struktur interaksi komunikasi. Demikianlah KMK mempengaruhi alur komunikasi selama ini. Sebagai contoh, gangguan yang dialami pengguna KMK berkenaan dengan media yang digunakan. Di kalangan pengguna internet yang mahir, gangguan itu terutama meliputi akses internet yang lambat dan terputusnya sambungan internet. Bandingkan dengan KMTS (dalam hal ini komunikasi yang dilakukan ialah dengan mengakses jaringan internet, bukan melalui SMS, EMS, maupun MMS yang berupa gangguan sinyal seluler dan pulsa yang tidak mencukupi (bagi pengguna layanan prabayar).

Dalam hal struktur, KMK melalui Internet Relay Chat cenderung menghasilkan struktur yang kacau-balau, tidak berurut. Namun, itu bukan berarti bahwa komunikasi yang dilakukan tidak berlangsung dengan baik. Bahkan bila dilihat dari sudut pandang wacana, rangkaian komunikasi tersebut merupakan wacana yang memiliki kesatupaduan. Hal ini, misalnya, dikemukakan oleh Susan Herring dalam tulisannya, ”Interactional Coherence in CMC”.

Tags: , , , , , , , ,

Komentar (0)
Tuliskan Komentar Anda