29 JUNI HARI KELUARGA NASIONAL Menghidupkan Kembali Semangat Gotong Royong
Kedua, seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi,
sekarang ini semangat kegotongroyongan jauh mengendor dibandingkan masa
lalu. Di masyarakat, hal ini tampak sekali dengan semakin sedikitnya
orang-orang yang terlibat dalam aktivitas kerja bakti, sambatan dan
kegiatan sosial lainnya, kecuali dari kalangan generasi tua yang terus
berupaya sekuat tenaga “nguri-uri” tradisi leluhur tersebut. Sementara
kalangan remaja semakin asyik dengan produk-produk hasil kemajuan
teknologi seperti telepon seluler, televisi, radio, tape recorder,
internet, game, dan sebagainya yang membuat mereka egois dan cenderung
tidak mempedulikan orang lain.
Mengendornya semangat kegotongroyongan di masyarakat perlu segera diantisipasi dengan memperkuat komitmen kita bersama untuk terus menumbuhkan semangat peduli terhadap sesama, meneguhkan rasa tanggung jawab bersama dan memantapkan keyakinan bahwa segala sesuatu yang dikerjakan secara bersama-sama akan memberikan hasil yang lebih baik. Selain itu, kebersamaan dalam bentuk gotong royong akan memperkuat integrasi sosial masyarakat di desa dan kelurahan sehingga tercipta keharmonisan kehidupan bersama, yang akan bermuara pada penguatan persatuan bangsa dan kokohnya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Telah kita ketahui bersama bahwa nilai-nilai gotong royong telah tumbuh dan berkembang dalam masyarakat kita sebagai bagian dari sistem budaya bangsa. Di masa lalu, banyak daerah dalam lingkup NKRI yang menempatkan gotong royong sebagai bagian dari tradisi kehidupan masyarakat. Karena sudah menjadi semacam tradisi, gotong royong telah diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari oleh masyarakat kita di manapun berada, tanpa membedakan suku, ras maupun agama. Walaupun nama dan istilah gotong royong ini berbeda untuk beberapa daerah di Indonesia, seperti ”ngayah” di Propinsi Bali, ”Mapalus” di Minahasa Sulawesi Utara, atau ”gugur gunung” di Jawa, namun penerapan dalam kehidupan tetap sama, yakni saling membantu dan tolong menolong, dalam suasana suka maupun duka. Hal tersebut menunjukkan bahwa gotong royong telah menjadi bagian dari upaya untuk meningkatkan kualitas hidup. Bila hal itu dioptimalkan dalam rangka pemberdayaan masyarakat dan penggiatan kembali program KB, tentu akan menjadi kekuatan besar untuk dapat mewujudkan masyarakat yang adil makmur dan keluarga kecil bahagia sejahtera yang menjadi idaman kita bersama.
Di era globalisasi ini, semangat gotong royong memang harus dikembangkan dalam rangka mendukung program pemberdayaan masyarakat dan pembangunan KB agar lebih dinamis, sehingga dapat diterima oleh masyarakat luas sebagai cara jitu untuk menyelesaikan berbagai persoalan negara terutama masalah cepatnya laju pertumbuhan penduduk, tingginya angka kemiskinan, dan masih banyaknya keluarga yang terkungkung oleh kebodohan dan keterbelakangan. Atas dasar itu, dalam implementasinya di masyarakat, perwujudan semangat gotong royong harus ditunjukkan dengan upaya melibatkan segenap komponen masyarakat dalam penggarapan program sejak perencanaan hingga pengawasan dan monitoring agar hasilnya lebih baik, lebih bisa diterima, dan memberi manfaat secara optimal.
Yang kemudian harus kita pikirkan bersama adalah bagaimana memanfaatkan momentum peringatan Harganas XVII tahun 2010 ini untuk mengobarkan kembali semangat gotong royong ini di masyarakat bahkan dalam lingkungan yang lebih kecil, yakni keluarga demi kepentingan menyukseskan program-program pembangunan yang telah digariskan dalam RPJMN 2010 – 2014. Dengan demikian, sudah tepat kiranya jika BKKBN dalam peringatan Harganas XVII tahun ini memadukan dengan Bulan Bakti Gotong Royong Masyarakat (BBGRM) VII yang dikelola oleh Kementerian Dalam Negeri. Karena telah terbukti bahwa gotong royong merupakan sumber energi yang tidak ada habisnya untuk memecahkan berbagai persoalan di masyarakat pada saat sekarang dan di masa mendatang yang makin kompleks. Juga menjadi sumber inspirasi untuk menggiatkan kembali program-program pemberdayaan masyarakat dan keluarga melalui program KB. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah menjadi nafas dan gairah baru agar upaya mewujudkan masyarakat yang adil makmur dan keluarga kecil bahagia sejahtera lebih cepat terealisir, apapun tantangan dan masalah yang dihadapi. Semoga.
Mengendornya semangat kegotongroyongan di masyarakat perlu segera diantisipasi dengan memperkuat komitmen kita bersama untuk terus menumbuhkan semangat peduli terhadap sesama, meneguhkan rasa tanggung jawab bersama dan memantapkan keyakinan bahwa segala sesuatu yang dikerjakan secara bersama-sama akan memberikan hasil yang lebih baik. Selain itu, kebersamaan dalam bentuk gotong royong akan memperkuat integrasi sosial masyarakat di desa dan kelurahan sehingga tercipta keharmonisan kehidupan bersama, yang akan bermuara pada penguatan persatuan bangsa dan kokohnya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Telah kita ketahui bersama bahwa nilai-nilai gotong royong telah tumbuh dan berkembang dalam masyarakat kita sebagai bagian dari sistem budaya bangsa. Di masa lalu, banyak daerah dalam lingkup NKRI yang menempatkan gotong royong sebagai bagian dari tradisi kehidupan masyarakat. Karena sudah menjadi semacam tradisi, gotong royong telah diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari oleh masyarakat kita di manapun berada, tanpa membedakan suku, ras maupun agama. Walaupun nama dan istilah gotong royong ini berbeda untuk beberapa daerah di Indonesia, seperti ”ngayah” di Propinsi Bali, ”Mapalus” di Minahasa Sulawesi Utara, atau ”gugur gunung” di Jawa, namun penerapan dalam kehidupan tetap sama, yakni saling membantu dan tolong menolong, dalam suasana suka maupun duka. Hal tersebut menunjukkan bahwa gotong royong telah menjadi bagian dari upaya untuk meningkatkan kualitas hidup. Bila hal itu dioptimalkan dalam rangka pemberdayaan masyarakat dan penggiatan kembali program KB, tentu akan menjadi kekuatan besar untuk dapat mewujudkan masyarakat yang adil makmur dan keluarga kecil bahagia sejahtera yang menjadi idaman kita bersama.
Di era globalisasi ini, semangat gotong royong memang harus dikembangkan dalam rangka mendukung program pemberdayaan masyarakat dan pembangunan KB agar lebih dinamis, sehingga dapat diterima oleh masyarakat luas sebagai cara jitu untuk menyelesaikan berbagai persoalan negara terutama masalah cepatnya laju pertumbuhan penduduk, tingginya angka kemiskinan, dan masih banyaknya keluarga yang terkungkung oleh kebodohan dan keterbelakangan. Atas dasar itu, dalam implementasinya di masyarakat, perwujudan semangat gotong royong harus ditunjukkan dengan upaya melibatkan segenap komponen masyarakat dalam penggarapan program sejak perencanaan hingga pengawasan dan monitoring agar hasilnya lebih baik, lebih bisa diterima, dan memberi manfaat secara optimal.
Yang kemudian harus kita pikirkan bersama adalah bagaimana memanfaatkan momentum peringatan Harganas XVII tahun 2010 ini untuk mengobarkan kembali semangat gotong royong ini di masyarakat bahkan dalam lingkungan yang lebih kecil, yakni keluarga demi kepentingan menyukseskan program-program pembangunan yang telah digariskan dalam RPJMN 2010 – 2014. Dengan demikian, sudah tepat kiranya jika BKKBN dalam peringatan Harganas XVII tahun ini memadukan dengan Bulan Bakti Gotong Royong Masyarakat (BBGRM) VII yang dikelola oleh Kementerian Dalam Negeri. Karena telah terbukti bahwa gotong royong merupakan sumber energi yang tidak ada habisnya untuk memecahkan berbagai persoalan di masyarakat pada saat sekarang dan di masa mendatang yang makin kompleks. Juga menjadi sumber inspirasi untuk menggiatkan kembali program-program pemberdayaan masyarakat dan keluarga melalui program KB. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah menjadi nafas dan gairah baru agar upaya mewujudkan masyarakat yang adil makmur dan keluarga kecil bahagia sejahtera lebih cepat terealisir, apapun tantangan dan masalah yang dihadapi. Semoga.
Drs. Mardiya, Kasubid Advokasi Konseling dan Pembinaan Kelembagaan
Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi Badan BPMPDP dan KB
Kabupaten Kulonprogo.
Komentar (0)
Tuliskan Komentar Anda