Inspirasi Kartini bagi Mahasiswa
Menulis Sepenggal kalimat Kartini itu begitu heroik. Tak cuma suratsurat, Kartini ketika menulis untuk menuangkan isi pikirannya juga merambah surat kabar. Dalam majalah sastra seperti Het Nederlansche Lelle, De Gids, De Echo, dan lain-lain, Kartini menyumbangkan tulisan-tulisan yang tandas bunyinya, berbentuk ulasan-ulasan dan analisis sosial. Misalnya, sepenggal prosa brilian diguratkan Kartini dalam De Echo sekitar tahun 1900 di bawah kepala karangan ”Een Gouverneur Generaalsdag” yang melukiskan kedatangan seorang gubernur jenderal di tanah jajahan, yang disambut oleh anak negeri dengan sinis (Suryanto Sastroatmodjo: 2005). Becermin pada Kartini, ada spirit intelektualitas dari sosok perempuan yang dimakamkan di Rembang itu. Kartini memang tidak menamatkan jenjang perguruan tinggi. Namun, menurut penulis, Kartini bisa dikatakan sebagai ”sarjana” di masanya. Yang perlu diperhatikan, Kartini tidak sekadar mementingkan kepemilikan pengetahuan. Menurut Kartini (1902), berpengetahuan luas belumlah sekali-kali menjadi ijazah tanda mulia budi pekerti seseorang. Benar kata Kartini bahwa terhadap pendidikan itu janganlah hanya akal saja yang dipertajam, tetapi budi pun harus dipertinggi. Apa yang diutarakan dalam tulisan ini semoga bisa menjadi sepercik inspirasi dan renungan bagi mahasiswa. (24) —Hendra Sugiantoro, alumnus Universitas PGRI Yogyakarta.