Jalan Alternatif Winong-Pucakwangi Putus
Menurutnya jembatan dengan panjang 10 meter dan lebar enam meter itu kondisinya sudah memprihatinkan. Pihaknya bersama Pemerintah Desa (Pemdes) Karangrejo beberapa kali mengajukan perbaikan ke Dinas Pekerjaan Umum (DPU). Namun, belum sampai janji tersebut dilaksanakan jembatan rusak.
Lebih lanjut dia menjelaskan, kondisi jembatan beberapa tahun terakhir cukup mengkhawatirkan. Bagian atas dan pilar jembatan terlihat retak. Beruntung saat runtuh tidak ada warga yang melintas sehingga tidak jatuh korban.
Bukan hanya warga dua desa tersebut yang merasakan dampaknya, puluhan desa lainnya yang tersebar di Kecamatan Pucakwangi, Winong. Jakenan, dan Jaken secara tidak langsung juga terkena imbasnya. "Warga Grogolsari, Karangrejo, dan Plosorejo yang paling repot. Warga sini (Grogolsari, red) kalau mau ke pusat Kecamatan Pucakwangi harus memutar ke arah selatan sekitar 15 Km melewati Winong. Sebaliknya, warga Karangrejo dan Plosorejo, serta desa-desa di Kecamatan Pucakwangi sebelah timur juga begitu kalau mau ke Grogolsari dan Winong," jelasnya.
Sejauh ini, jalan tersebut merupakan jalur alternatif bagi masyarakat yang tidak ingin memutar arah terlalu jauh menjuju dan dari arah Puckwangi bagian timur dan Winong. Selain itu, saat Jalan Jakenan-Winong Tergenang banjir, jalur tersebut menjadi pilihan bagi masyarakat di empat kecamatan tersebut.
Lalu Lintas Terganggu
Kades Karangrejo Anwar mengatakan, kerepotan warganya setelah jembatan runtuh bukan hanya dirasakan para pelajar yang bersekolah di wilayah Kecamatan Winong. Banyak pedagang atau warga kebanyakan yang terganggu ketika hendak ke Pasar Winong untuk belanja," katanya.
Sebagian warga memutar sejauh 15 Km melalui pusat Kecamatan Pucakwangi dan sebagian lagi melewati desa sebelah, Jetak. "Sebenarnya bisa lewat Jetak, tetapi jalannnya belum beraspal. Kalau sering hujan seperti sekarang ya jalannya susah dilewati," lanjutnya.
Untuk mengurangi dampak tersebut, pihaknya mengumpulkan warga untuk bergotong-royong membangun jembatan darurat dari bambu di atas jembatan yang ambrol. Untuk menghindari dilewati mobil dipasang penanda.
Terpisah Kasi Jembatan pada DPU Faizal ST menyatakan, pihaknya tengah mengupayakan penganggaran perbaikan jembatan dari APBD perubahan karena pengajuan saat pembahasan APBD murni ditolak. Tetapi sebelum proyek tersebut dibahas dan disetujui DPRD, jembatan telah ambrol. "Kami tetap upayakan ada alokasi dari APBD perubahan tahun ini juga. Selain itu, kami juga mencoba meminta alokasi dari dana tanggap darurat bencana, tetapi hasilnya bagaimana kami juga belum bisa memastikan," tandasnya.
Lebih lanjut dia menjelaskan, kondisi jembatan beberapa tahun terakhir cukup mengkhawatirkan. Bagian atas dan pilar jembatan terlihat retak. Beruntung saat runtuh tidak ada warga yang melintas sehingga tidak jatuh korban.
Bukan hanya warga dua desa tersebut yang merasakan dampaknya, puluhan desa lainnya yang tersebar di Kecamatan Pucakwangi, Winong. Jakenan, dan Jaken secara tidak langsung juga terkena imbasnya. "Warga Grogolsari, Karangrejo, dan Plosorejo yang paling repot. Warga sini (Grogolsari, red) kalau mau ke pusat Kecamatan Pucakwangi harus memutar ke arah selatan sekitar 15 Km melewati Winong. Sebaliknya, warga Karangrejo dan Plosorejo, serta desa-desa di Kecamatan Pucakwangi sebelah timur juga begitu kalau mau ke Grogolsari dan Winong," jelasnya.
Sejauh ini, jalan tersebut merupakan jalur alternatif bagi masyarakat yang tidak ingin memutar arah terlalu jauh menjuju dan dari arah Puckwangi bagian timur dan Winong. Selain itu, saat Jalan Jakenan-Winong Tergenang banjir, jalur tersebut menjadi pilihan bagi masyarakat di empat kecamatan tersebut.
Lalu Lintas Terganggu
Kades Karangrejo Anwar mengatakan, kerepotan warganya setelah jembatan runtuh bukan hanya dirasakan para pelajar yang bersekolah di wilayah Kecamatan Winong. Banyak pedagang atau warga kebanyakan yang terganggu ketika hendak ke Pasar Winong untuk belanja," katanya.
Sebagian warga memutar sejauh 15 Km melalui pusat Kecamatan Pucakwangi dan sebagian lagi melewati desa sebelah, Jetak. "Sebenarnya bisa lewat Jetak, tetapi jalannnya belum beraspal. Kalau sering hujan seperti sekarang ya jalannya susah dilewati," lanjutnya.
Untuk mengurangi dampak tersebut, pihaknya mengumpulkan warga untuk bergotong-royong membangun jembatan darurat dari bambu di atas jembatan yang ambrol. Untuk menghindari dilewati mobil dipasang penanda.
Terpisah Kasi Jembatan pada DPU Faizal ST menyatakan, pihaknya tengah mengupayakan penganggaran perbaikan jembatan dari APBD perubahan karena pengajuan saat pembahasan APBD murni ditolak. Tetapi sebelum proyek tersebut dibahas dan disetujui DPRD, jembatan telah ambrol. "Kami tetap upayakan ada alokasi dari APBD perubahan tahun ini juga. Selain itu, kami juga mencoba meminta alokasi dari dana tanggap darurat bencana, tetapi hasilnya bagaimana kami juga belum bisa memastikan," tandasnya.
Komentar (0)
Tuliskan Komentar Anda