Histeria Geng Motor

Respons Emosional
Trauma itu menimbulkan disekuilibrium psikologis yang bisa memicu berbagai respons emosional berat, seperti pada traumatic stress disorder. Respons secara normal biasanya gejala distress, ditandai pusing, rasa nyeri, sakit kepala, kelelahan sakit perut disertai amarah, takut atau depresi. Ada pendapat tahapan ini adalah reaksi normal, tetapi dapat bertransformasi menjadi gangguan psikiatrik.

Transformasi ini terganggu pada dua variabel utama, yaitu faktor individual dan dukungan sosial. Tiap individu mempunyai kualitas dan ciri atas nilai-nilai yang dapat berperan sebagai kekuatan menghadapi persoalan dan trauma. Namun bila tidak mampu menghadapi tekanan, hal itu bisa menjadi gangguan jiwa. Salah satu bentuknya serta paling banyak dang angkanya terus meningkat adalah skizofrenia.

Gambaran mengenai pengalaman trauma pasien skizofrenia menunjukan adanya lima tema yang muncul, yaitu cita-cita dan keinginan tidak tercapai, kegagalan, kehilangan orang yang dicintai, kehilangan pekerjaan, orang tua galak atau pola asuh yang otoriter, serta mendapat tindak kekerasan termasuk kebrutalan di/ dari lingkungan sekitar.

Terungkapnya pengalaman itu, memberikan informasi bagi tim medis, psikolog, dan dokter  psikiatri (psikiater) untuk mencegah dan mengatasi meningkatnya jumlah pasien skizofrenia, khususnya akibat pengalaman traumatik yang bisa menjadi pencetus terjadinya kekerasan, sebagaimana dimanifestasikan dalam aksi geng motor.

Peran psikiater sangat berarti dalam proses penyembuhan sehingga angka skizofrenian dapat ditekan seminimal mungkin. namun yang lebih penting adalah dukungan sosial, artinya butuh peran keluarga dan lingkungan guna memulihkan kejiwaannya. Tanpa dukungan sosial, kondisi stres sebelumnya bisa berkembang menjadi patologis, yang efeknya mengganggu lingkungan san masyarakat.

Sumber Ilustrasi Gambar : data.tribunnews.com

Komentar (0)
Tuliskan Komentar Anda