3 Aturan Memberikan Uang Saku untuk Anak
Kapan harus memberikan uang jajan?
Begitu anak
mampu mengekspresikan keinginannya dalam hal-hal yang bersifat materi,
itulah saat Anda perlu memberikan uang saku untuknya. Uang dapat
diberikan saat usia anak sekitar 3-5 tahun, tergantung kondisinya.
Bodnar mengatakan, kesalahan pertama yang dilakukan para orangtua adalah
terlambat mengawali kebiasaan ini. Umumnya orangtua akan menunggu
sampai anak memasuki "pra ABG", sekitar usia 8-10 tahun, sehingga
kehilangan kesempatan untuk membahas masalah keuangan dengan anak-anak
yang masih mau mendengarkan nasihat orangtuanya. Ketika anak mulai ABG,
mereka sudah mendapat banyak pengaruh dari luar, seperti teman-teman,
iklan, dan tentunya media, sehingga lebih sulit diarahkan.
Jangan terlalu sedikit
Setiap
orangtua tentu berhati-hati untuk tidak memberikan terlalu banyak uang
pada anak. Mereka khawatir anak akan terbiasa mendapatkan apapun yang
diinginkannya, sehingga tidak menghargai uang. Apalagi pada anak yang
masih kecil, tentunya ia belum mengerti uang sehingga dikhawatirkan akan
menyia-nyiakan uangnya.
Berapa besar uang saku yang harus diberikan, sebenarnya tidak ada kaitannya dengan usia anak. Anda juga tidak perlu mengambil patokan jumlah yang diberikan orangtua lain untuk anaknya. Bagaimana pun, penghasilan tiap keluarga berbeda, dan kebutuhan anak pun berbeda. Berikan sejumlah uang berdasarkan apa yang Anda harapkan dilakukan oleh anak dengan uangnya. Apakah uang itu hanya digunakan untuk membeli makanan selama di sekolah, ataukah untuk memenuhi semua kebutuhannya, seperti saat jalan-jalan di mall bersama teman-temannya, membeli hadiah untuk ulang tahun temannya, untuk transportasi, membeli pulsa, dan lain sebagainya?
Maka, besarnya
uang saku bisa Anda sesuaikan dengan kebutuhannya tersebut. Di sinilah
Anda dapat mengajarkan anak untuk mengatur keuangan. Jika Anda
memberikan uang saku mingguan, katakan bahwa uang tersebut harus
digunakan untuk keperluan seminggu. Anda tak akan memberikan uang lagi
jika anak sudah menghabiskan jatahnya sebelum jatuh satu minggu.
Jangan dijadikan imbalan untuk suatu kewajibannya
Kadang-kadang
orangtua mengiming-imingi anak uang jika anak mau melakukan
kewajibannya mengerjakan tugas-tugas rumah tangga. Namun banyak pakar
keuangan kurang sepakat dengan pendekatan semacam ini. "Saran saya,
pisahkan uang saku dari pekerjaan rumah tangga. Dengan cara itu,
anak-anak akan memelajari nilai kerja sama dan pengalaman dalam
keluarga," kata Aletha Solter, psikolog perkembangan dan pendiri Aware
Parenting Institute di Goleta, California.
Perlu dipertimbangkan,
saat ini anak-anak kerap menerima uang jajan tambahan, entah dari
paman-bibinya, atau dari "bisnis" kecil-kecilan yang dilakukan dengan
teman sekolahnya (misalnya dari hasil meminjamkan buku-buku komiknya).
Karena merasa sudah tidak bergantung lagi dengan uang pemberian
orangtuanya, mereka bisa saja menolak melakukan tugas menyapu atau
mencuci piring di rumah.
Sumber: MSN Money