Longsor Satu Keluarga Tewas Dua Orang Selamat
Rumah yang rusak juga terjadi milik Ngarsidi dan Karwoto yang kebetulan berada di berdampingan dengan keluarga Sutar. Rumah yang paling parah ini milik anak korban yang hamper roboh dan milik Karwoto, bagian belakang rumah rusak berat.
Tebing batu karts longsor itu terjadi, ujar Ahmad Darmaji, salah satu cucu korban sekitar pukul 22.30 WIB. Diduga bebatuan dari ketinggian sekitar 50 meter itu jatuh akibat guyuran hujan.
Padahal, lanjutnya, hujan menguyur desa itu sekitar pukul 21.00 WIB dan berhenti sekitar satu jam kemudian. Tebing longsor itu terjadi selepas hujan deras yang mengutur reda sesaat.
"Kejadiannya seperti pesawat terbang jatuh, bunyi bruk yang sangat keras dan cepat. Awalnya orang yang berada di sekitar tidak menyangka, kalau tebing itu longsor," ungkapnya.
Saat itu, lima anggota keluarganya yang tewas itu sedang terlelap tidur yang dibarengi dengan hujan deras. Sementara kakeknya Sutar dan pamannya Ngarsidi masih jagongan berada didepan teras rumah.
Jarak antara rumah dengan tebing itu sekitar 20 meter. Setiap harinya, lanjutnya, ada penampang milik perseorangan yang menambang batu kart dan pospat yang berada di belakang rumah kakeknya.
Kondisi korban saat ditemukan Warsini, bibi Sunarti (korban tewas-red) mengatakan, keponakan Sunarti itu bersama dengan anaknya Pungki dan suaminya Sutikno itu tertidur didepan televisi. "Selepas menutup warungnya tidur sambil nonton televise dan mereka ditemukan dalam keadaan berpelukan," ujarnya dengan mata yang berkaca-kaca.
Sedangkan, Supriati dan Kuntini ditemukan dalam keadaan terpisah berada didalam kamarnya masing-masing. Sepertinya, lanjutnya, korban tengah terlelap tidur menikmati udara yang dingin saat itu.
Untuk mengevakuasi para korban ini, terangnya, mengunakan alat yang sederhana. Warga sekitar yang berdatang selepas kejadian itu dengan dibantu aparat kepolisian dan TNI setempat. (ris)
Tebing batu karts longsor itu terjadi, ujar Ahmad Darmaji, salah satu cucu korban sekitar pukul 22.30 WIB. Diduga bebatuan dari ketinggian sekitar 50 meter itu jatuh akibat guyuran hujan.
Padahal, lanjutnya, hujan menguyur desa itu sekitar pukul 21.00 WIB dan berhenti sekitar satu jam kemudian. Tebing longsor itu terjadi selepas hujan deras yang mengutur reda sesaat.
"Kejadiannya seperti pesawat terbang jatuh, bunyi bruk yang sangat keras dan cepat. Awalnya orang yang berada di sekitar tidak menyangka, kalau tebing itu longsor," ungkapnya.
Saat itu, lima anggota keluarganya yang tewas itu sedang terlelap tidur yang dibarengi dengan hujan deras. Sementara kakeknya Sutar dan pamannya Ngarsidi masih jagongan berada didepan teras rumah.
Jarak antara rumah dengan tebing itu sekitar 20 meter. Setiap harinya, lanjutnya, ada penampang milik perseorangan yang menambang batu kart dan pospat yang berada di belakang rumah kakeknya.
Kondisi korban saat ditemukan Warsini, bibi Sunarti (korban tewas-red) mengatakan, keponakan Sunarti itu bersama dengan anaknya Pungki dan suaminya Sutikno itu tertidur didepan televisi. "Selepas menutup warungnya tidur sambil nonton televise dan mereka ditemukan dalam keadaan berpelukan," ujarnya dengan mata yang berkaca-kaca.
Sedangkan, Supriati dan Kuntini ditemukan dalam keadaan terpisah berada didalam kamarnya masing-masing. Sepertinya, lanjutnya, korban tengah terlelap tidur menikmati udara yang dingin saat itu.
Untuk mengevakuasi para korban ini, terangnya, mengunakan alat yang sederhana. Warga sekitar yang berdatang selepas kejadian itu dengan dibantu aparat kepolisian dan TNI setempat. (ris)
Komentar (0)
Tuliskan Komentar Anda