Warga Desa Klayu Siwalan Masih Ngangsu

"Embung satu-satunya tempat yang dekat dengan perkampungan. Ingin mendapatkan air yang bersih warga harus membeli, kalau tidak harus mencari air yang jauh dari desa," paparnya, kemarin.

Dia mengaku, mengambil air di embung sudah dilakukan sejak 4-5 bulan terakhir. Musim kemarau yang berkepanjangan menjadikan sumur yang ada di masyarakat tidak muncul sumber airnya.

Desa Klayu Siwalan, lanjutnya, sudah mendapatkan bantuan air bersih dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pati. Namun, bantuan yang diberikan tidak mampu mencukupi kebutuhan seluruh warga.

Air yang ada di embung desa itu sudah berwarna hijau kecoklatan. Kondisi air di dalam embung mungkin disebabkan, banyaknya lumut yang bercampur air dan sampah yang dibuang sembarangan.

Sebelum memakai untuk diminum, Suyono, mengaku, harus mengendapkan air lebih dulu. "Jadi kotoran yang ikut dalam air bisa mengendam di bawah dan tidak tercampur," ungkapnya.

Selain untuk diminum, air yang diambilnya digunakan untuk kebutuhannya setiap hari mulai untuk memasak, mandi, dan mencuci pakaian. Untuk mengambil air yang jaraknya sekitar dua kilometer harus bolak balik sebanyak 3-4 kali.

"Pemerintah dalam memberikan bantuan tidak hanya satu kali dalam sebulan, setidaknya 3-4 kali dalam satu bulan. Masyarakat sudah capek mengambil air di embung, makanya berharap hujan cepat turun," ujarnya. (ris)

Komentar (0)
Tuliskan Komentar Anda