Air Waduk Gunung Rowo Menyusut

”Dari persediaan yang hanya 1,8 juta m3, jika dikeluarkan setiap hari hanya cukup menyuplai air untuk petani selama dua minggu,” kata petugas penjaga waduk, Suwono di rumah dinasnya, Selasa (4/8). Ditambahkan, volume tersebut belum dikurangi endapan pasir akibat sedimentasi. Suwono mengatakan, pada Januari debit air yang tersedia mencapai 5.151.000 m3. Mulai Mei sampai kemarin, jumlah air yang ditampung waduk terus menyusut. ”Untungnya air di Sungai Brambang dan Kedawung masih ada, jadi masih mendapat pasokan air di kedua sengai tersebut,” katanya. Selain kemarau panjang, Suwono mengatakan, penebangan pohon di pegunungan Muria juga memberikan kontribusi penyusutan debit air di waduk tersebut. Banyak warga setempat dan luar yang membuka lahan dengan menebang pohon-pohon besar untuk ditanami tanaman produksi, seperti umbi-umbian. ”Jadi tidak ada lagi kantong-kantong alami yang dapat menyimpan air saat musim hujan. Akibatnya, kekurangan air saat musim kemarau,” tegasnya. Kebocoran Dia menyebutkan, sepuluh hari lalu (27/7) sebanyak 60.408 m3 air telah dikeluarkan untuk menyuplai kebutuhan para petani palawija yang tersebar di lima kecamatan. Yakni kecamatan Tlogowungu, Trangkil, Wedarijaksa, Juwana, dan Kecamatan Pati. ”Teknisnya, kita membuka pintu air dengan debit air 1.400 liter/detik selama 24 jam,” jelas Suwono. Selain itu, dia juga mengaku terkendala dengan kebocoran yang terjadi di beberapa pintu air. Suwono mencatat, setidaknya sebanyak 30 liter air hilang setiap detiknya. Hal itu diakibatkan tipisnya daun pintu baja waduk yang tebalnya hanya satu centimeter. Jika kebocoran itu tetap dibiarkan, penjaga waduk itu khawatir persediaan air untuk para petani akan habis dua bulan mendatang. ”Waduk ini hanya mengandalkan air hujan serta air dari Sungai Brambang dan Kedawung. Kita juga tidak bisa memastikan kapan datangnya hujan akibat perubahan musim yang tidak menentu,” paparnya. Sementara itu, Suwono meminta agar ada perbaikan kondisi lingkungan di sekitar Gunung Muria. Karena berkurangnya jumlah pohon-pohon besar, berakibat pada berkurangnya persediaan air saat musim kemarau seperti sekarang ini. ”Selain untuk umbi-umbian, masyarakat sekitar juga banyak menebang pohon untuk menanam tanaman kapulaga,” katanya.

Komentar (0)
Tuliskan Komentar Anda