Aneka Khasiat Cabai Rawit
Tanaman bernama Latin Capsicum
frutescens ini terdiri atas tiga varietas. Pertama, cengek leutik. Buahnya
kecil, berwarna hijau, dan berdiri tegak pada tangkainya. Kedua, jenis cengek
domba (cengek bodas). Buahnya lebih besar dari cengek leutik, berwarna putih,
dan menjadi jingga pada saat masak. Ketiga, ceplik. Buahnya besar, berwarna
hijau, dan menjadi merah pada saat tua.
Berdasarkan teori pengobatan Traditional Chinese Medicine (TCM), tanaman
bernama Cina La jiao ini mempunyai rasa pedas, sifatnya panas, dan masuk dalam
meridian jantung dan pankreas.
Menurut Dr Budi Sugiarto Widjaja, TCM, dari Klinik Beijing, Jakarta, cabai
rawit merah berkhasiat sebagai tonik dan stimulan kuat untuk jantung dan aliran
darah, juga obat rematik. Gilingan cabai rawit dapat menghancurkan bekuan darah
(antikoagulan) dan mengatasi gangguan rematik dan radang beku. Cabai rawit bisa
meningkatkan nafsu makan (stomakik), perangsang kulit, peluruh kentut
(karminatif), serta peluruh keringat (diaforetik), air liur, dan air kencing
(diuretik).
Mengandung Antioksidan
Menurut Dr Setiawan Dalimartha, anggota Sentra Pengembangan dan Penerapan
Pengobatan Tradisional (SP3T) DKI Jakarta, di dalam buah cabai rawit terkandung
kapsaisin, kapsantin, karotenoid, alkaloid atsiri, resin, minyak menguap, serta
vitamin A dan C. Kapsaisin memberikan rasa pedas pada cabai, berkhasiat
melancarkan aliran darah serta sebagai pemati rasa kulit.
Biji tanaman bernama daerah lombok jempling (Madura), cabe rawit (Jawa), leudeu
jarum (Gayo), rica halus (Manado), metrek wakfoh (Papua) ini, kata Dr Setiawan,
mengandung solanine, solamidine, solamargine, solasodine, solasomine, dan
steroid saponin (kapsisidin). Kandungan terakhir ini berkhasiat sebagai
antibiotik.
Saat disantap, rasa pedas di lidah dapat menimbulkan rangsangan ke otak untuk
mengeluarkan endorfin (opiate endogen). Hasilnya, rasa sakit hilang dan timbul
perasaan lebih sehat. Pada sistem reproduksi, sifatnya yang panas dapat
mengurangi rasa tegang dan sakit akibat sirkulasi darah yang buruk.
Salah satu hasil penelitian, kata Dr Setiawan, cabai rawit diketahui memiliki
khasiat mengurangi terjadinya penggumpalan darah (trombosis) dan menurunkan
kadar kolestrol. Satu hal lagi, banyaknya kandungan zat antioksidan (seperti
vitamin C dan betakaroten), dapat digunakan untuk mengatasi ketidaksuburan
(infertilitas), afrodisiak, dan memperlambat proses penuaan.
Masalahnya, tidak setiap orang boleh mengonsumsi cabai rawit secara berlebihan.
Pengidap sakit tenggorokan, sakit mata, dan penderita gangguan saluran
pencernaan, kata Dr Setiawan, tidak dianjurkan mengonsumsi cabai rawit.
Penelitian yang dilakukan Tyas Ekowati Prasetyoningsih dari Fakultas Farmasi
Universitas Airlangga, Jawa Timur, pada 1987, menyebutkan, ekstrak buah cabai
rawit mempunyai daya hambat terhadap pertumbuhan jamur Candida albicans, yaitu
jamur pada permukaan kulit. Daya hambat ekstrak cabai rawit 1 mg/ml setara
dengan 6,20 mcg/ml nistatin dalam formamid.
Dr Setiawan menambahkan, cabai rawit indikasinya digunakan untuk menambah nafsu
makan, menormalkan kembali kaki dan tangan yang lemas, melegakan rasa hidung
tersumbat pada sinusitis, mengurangi batuk berdahak, dan meredakan migrain.