Melatih Diri Membangun Sikap Ihlas
1. Memperbanyak taubat.
Dosa merupakan khijab, penghalang yang dapat menutup hati manusia. Hati yang tertutup oleh tumpukan dosa, akan terasa gelap tidak dapat menerima nur ilahiyah (hidayah). Orang yang tidak mendapat hidayah-Nya pasti akan merasa sangat berat untuk melakukan sesuatu kebaikan. Diibaratkan dalam Al-Quran, bagaikan disuruh naik ke langit, yang mustakhil terlaksananya. Penyakit hati seperti, sombong, riya, khasud bagaikan parasit yang selalu menggerogoti hati manusia yang menjadikan manusia semakin jauh dari hidayah dan rohmat Alloh. Karena itu, taubat nashukha adalah satu-satunya jalan untuk mendekatkan diri kepada Alloh.
2. Membangun sikap tawadu’.
“Keras kepala” adalah bagian dari wujud sikap takabbur (sombong). Biasanya disebabkan perasaan ego atau merasa lebih. Sebagaimana sombongnya iblis, karena merasa lebih mulya kejadiannya daripada Adam, sehingga beranii menentang perintah Alloh untuk bersujud hormat kepada Adam. Akibatnya dia dilaknat oleh Alloh. Oleh karena itu, untuk mendapatkan karunia ikhlas dari Alloh, hendaknya kita harus dapat membangun perasaan rendah diri, merasa lemah (dhoif), hina, faqir di hadapan Alloh. Benar-benar niat bertobat, niat menjadi hamba-Nya yang sholeh dan niat menjadi hamba-Nya yang dapat bersyukur.
3. Merasa hadir dihadapan-Nya.
Sebagaimana diajarkan oleh Rosululloh saw, ketika kalian melaksanakan sholat hendaknya kalian merasa melihat Alloh atau yang pasti Alloh melihat kalian. Merasa hadir dihadapan Alloh, maka akan menjadikan merasa diawasi oleh-Nya semua niat, ucapan dan perbuatan kita, kemudian menjadi catatan amal yang kelak akan mendapat balasan dari-Nya.
4. Mengingat mati.
“Katakanlah, sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menjemputmu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Alloh) yang mengetahui yang ghoib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan” (QS, Al-Jumu’ah, 8 ). Berdasarkan firman Alloh tersebut, tidak akan ada seorang pun yang tidak akan mati, seorang dokter sekalipun yang notabene dapat “menyembuhkan” orang sakit. Sebagai manusia, dia pasti mati juga. Setelah melalui proses kematian, seseorang akan menerima pembalasan dari apa yang telah dilakukan selama didunia. Oleh karena itu, dengan mengingat mati, menjadikan motivasi untuk lebih meningkatkan kualitas ibadah/pengabdian kepada Alloh swt.
Mari kita bersama-sama berusaha melatih diri secara terus-menerus untuk meraih derajat paling tinggi disisi Alloh dengan berusaha melaksanakan perintah-perintah-Nya dan berusaha sekuat tenaga meninggalkan apa-apa yang telah dilarang-Nya.
Wassalaamu’alaikum wr wb.
Pati, Syawal 1430 H
Hamba Alloh yang dhoif, hina dan faqir dihadapan-Nya
(M a s i r i n )
Dosa merupakan khijab, penghalang yang dapat menutup hati manusia. Hati yang tertutup oleh tumpukan dosa, akan terasa gelap tidak dapat menerima nur ilahiyah (hidayah). Orang yang tidak mendapat hidayah-Nya pasti akan merasa sangat berat untuk melakukan sesuatu kebaikan. Diibaratkan dalam Al-Quran, bagaikan disuruh naik ke langit, yang mustakhil terlaksananya. Penyakit hati seperti, sombong, riya, khasud bagaikan parasit yang selalu menggerogoti hati manusia yang menjadikan manusia semakin jauh dari hidayah dan rohmat Alloh. Karena itu, taubat nashukha adalah satu-satunya jalan untuk mendekatkan diri kepada Alloh.
2. Membangun sikap tawadu’.
“Keras kepala” adalah bagian dari wujud sikap takabbur (sombong). Biasanya disebabkan perasaan ego atau merasa lebih. Sebagaimana sombongnya iblis, karena merasa lebih mulya kejadiannya daripada Adam, sehingga beranii menentang perintah Alloh untuk bersujud hormat kepada Adam. Akibatnya dia dilaknat oleh Alloh. Oleh karena itu, untuk mendapatkan karunia ikhlas dari Alloh, hendaknya kita harus dapat membangun perasaan rendah diri, merasa lemah (dhoif), hina, faqir di hadapan Alloh. Benar-benar niat bertobat, niat menjadi hamba-Nya yang sholeh dan niat menjadi hamba-Nya yang dapat bersyukur.
3. Merasa hadir dihadapan-Nya.
Sebagaimana diajarkan oleh Rosululloh saw, ketika kalian melaksanakan sholat hendaknya kalian merasa melihat Alloh atau yang pasti Alloh melihat kalian. Merasa hadir dihadapan Alloh, maka akan menjadikan merasa diawasi oleh-Nya semua niat, ucapan dan perbuatan kita, kemudian menjadi catatan amal yang kelak akan mendapat balasan dari-Nya.
4. Mengingat mati.
“Katakanlah, sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menjemputmu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Alloh) yang mengetahui yang ghoib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan” (QS, Al-Jumu’ah, 8 ). Berdasarkan firman Alloh tersebut, tidak akan ada seorang pun yang tidak akan mati, seorang dokter sekalipun yang notabene dapat “menyembuhkan” orang sakit. Sebagai manusia, dia pasti mati juga. Setelah melalui proses kematian, seseorang akan menerima pembalasan dari apa yang telah dilakukan selama didunia. Oleh karena itu, dengan mengingat mati, menjadikan motivasi untuk lebih meningkatkan kualitas ibadah/pengabdian kepada Alloh swt.
Mari kita bersama-sama berusaha melatih diri secara terus-menerus untuk meraih derajat paling tinggi disisi Alloh dengan berusaha melaksanakan perintah-perintah-Nya dan berusaha sekuat tenaga meninggalkan apa-apa yang telah dilarang-Nya.
Wassalaamu’alaikum wr wb.
Pati, Syawal 1430 H
Hamba Alloh yang dhoif, hina dan faqir dihadapan-Nya
(M a s i r i n )
Komentar (0)
Tuliskan Komentar Anda